Sering Pesan Makanan Secara Online Selama Pandemi Termasuk Kategori Coping Stress
Pembelian makanan secara online meningkat di tengah pembatasan kegiatan masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembelian makanan secara online meningkat di tengah pembatasan kegiatan masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Peneliti utama Health Collaborative Center (HCC) dr Ray Wagiu Basrowi menuturkan kebiasaan tersebut dapat dikategorikan sebagai coping stress.
Menurutnya, 7 dari 10 responden mengatakan menikmati pembelian makanan secara online sebagai bagian dari aktivitas dirumah saja.
“Mereka menganggap, belanja makanan secara online dianggap sebagai reward system atau penghargaan kepada diri sendiri dan keluarga,” kata Ray, Senin (18/10/2021).
Membeli makanan online melalui aplikasi adalah bentuk menghargai diri sendiri selama pandemi dan bukan semata-mata kegiatan pemenuhan gizi saja.
Penelitian ini membuktikan bahwa ada aspek multidimensi selama pandemi yang terjadi pada perilaku sederhana seperti membeli dan mengonsumsi makananan.
“Adanya tuntutan untuk tinggal dan beraktivitas di rumah saja memberi dampak disruptif dalam perubahan perilaku memproses dan membeli makanan, yang bergeser dari sekadar menyiapkan santapan menjadi potensi coping stress bahkan konsekuensi jangka panjang bisa berakibat pada kesehatan," tuturnya.
Baca juga: Mantan Menteri Luar Negeri AS, Colin Powell Meninggal Dunia karena Covid-19
Penelitian ini menunjukkan jika kelompok pekerja berpenghasilan rendah menjadi kelompok paling banyak mengakses pemesanan makanan secara online.
Mayoritas pembeli makanan secara online melalui apps merupakan kalangan pekerja dengan sosio ekonomi kategori penghasilan di bawah Rp 5 juta per bulan.
Dengan alasan akses beli makanan online dinilai lebih hemat.
Analisis dari penelitian ini menunjukkan dengan tingkat penghasilan yang rendah dan menengah, maka pekerja akan memilih makanan dengan harga yang terjangkau.
Baca juga: Kopassus Bagikan 1.050 Paket Sembako untuk Warga Korban Pandemi Covid-19 di Galuga Bogor
Ditambah pertimbangan jarak pengantaran dengan implikasinya terhadap biaya antar tanpa melihat apakah makanan memiliki kandungan gizi baik atau tidak.
"Temuan penelitian ini tentunya dapat dilihat sebagai insight bagi industri tapi juga penting bagi pemerintah dan para stakeholder kesehatan agar perilaku belanja makanan secara online inijuga memberi efek yang tidak baik untuk kesehatan mental dan gizi," katanya.