Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Efek Negatif Tinggal di Dekat Kilang Minyak dan Apa yang Harus Dilakukan  

Bahkan banyak dari kilang minyak besar ini yang berbagi garis pagar dengan sekolah hingga taman yang sering dikunjungi oleh anak-anak setiap harinya

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Efek Negatif Tinggal di Dekat Kilang Minyak dan Apa yang Harus Dilakukan  
Tribun Jateng/ Permata Putra Sejati
Suasana kebakaran Tangki kilang Pertamina RU IV Cilacap terbakar pada Sabtu (13/11/2021) malam sekira pukul 19.10 WIB. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini ada banyak orang yang tinggal di sekitar kilang minyak, banyak dari orang-orang ini tidak menyadari bahaya yang mengintai tepat di luar pintu rumah mereka.

Hampir semua orang yang tinggal di dekat kilang minyak di seluruh dunia akan mengakui bahwa mereka melihat efek berbahaya, seperti mata berair, tenggorokan gatal, atau bau menyengat yang memaksa mereka untuk tetap berada di dalam rumah.

Bahkan banyak dari kilang minyak besar ini yang berbagi garis pagar dengan sekolah hingga taman yang sering dikunjungi oleh anak-anak setiap harinya.

Ketika anak-anak bermain di luar rumah yang berdekatan dengan kilang minyak, mereka terpapar banyak bahan kimia berbahaya yang dapat memiliki efek jangka panjang pada kehidupan mereka di masa depan.

Lalu apa saja bahan kimia yang terkandung dalam asap dari kilang minyak dan bagaimana dampaknya?

Dikutip dari laman medium.com, Minggu (14/11/2021), banyak orang yang tinggal di daerah sekitar kilang tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Baca juga: Kebakaran Tangki BBM Pertamina di Cilacap Berhasil Dipadamkan Total, Stok BBM Tidak Terganggu

Berita Rekomendasi

Mereka bukan saja tidak menyadari bahan kimia apa saja yang digunakan, namun juga tidak memahami dampak negatif bahan kimia itu terhadap kesehatan mereka.

Padahal bahan kimia ini dapat mempengaruhi kehidupan mereka di masa depan dan dapat terus berdampak negatif untuk generasi selanjutnya.

Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara maupun  minyak yang mengandung sulfur (belerang) dan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan anak kecil atau bayi yang belum lahir.

Saat batubara atau minyak dibakar, sulfur dioksida dilepaskan ke atmosfer sebagai gas tidak berwarna dengan bau yang menyengat.

Sulfur dioksida paling sering masuk ke dalam tubuh, saat seseorang menghirup udara yang terkontaminasi, dan siapapun yang berada di dekat kilang minyak tentu akam rentan terhadap paparan itu.

Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan hingga tidak bisa bernafas secara penuh hanyalah beberapa dari sederet efek berbahaya belerang dioksida yang bisa dialami anak-anak.

Baca juga: Kebakaran Tangki BBM Pertamina di Cilacap Berhasil Dipadamkan Total, Stok BBM Tidak Terganggu

Sebagian anak-anak pun dapat mengembangkan penyakit asma atau memperburuk asma yang telah mereka derita, karena menghirup sulfur dioksida.

Paparan belerang dioksida dosis rendah kronis berpotensi membuat anak-anak dan bayi yang belum lahir mengalami masalah kesehatan seumur hidup mereka.

Banyak penelitian terkait sulfur dioksida yang memang telah dilakukan pada hewan di laboratorium, namun sangat sedikit tes yang telah dilakukan pada manusia.

Studi perbandingan pun telah dilakukan pada hewan, begitu pula saat data manusia digunakan dalam penelitian, para ilmuwan menyimpulkan bahwa paparan manusia akan memiliki efek yang sangat mirip dengan paparan hewan.

Pada tingkat rendah, kurang dari 1 part per million (ppm) paparan sulfur dioksida, marmut menunjukkan perubahan dalam ritme pernafasan mereka dengan mengambil nafas yang lebih pendek dan lebih dalam. 

Gejala yang lebih parah terlihat pada hewan yang terpapar konsentrasi tinggi, termasuk penurunan respirasi, peradangan atau infeksi saluran udara, dan kerusakan paru-paru.

'Monster kimia tak kasat mata ini' merayap di udara di sekitar kilang dan meracuni siapapun yang bersentuhan dengannya.

Selanjutnya, ada pula benzena, zat karsinogen berbahaya ini merupakan bahan kimia lain yang juga digunakan di kilang minyak.

Zat ini berasal dari gas alam, minyak mentah atau batu bara, dan digunakan di kilang sebagai pelarut untuk membuat bahan kimia lainnya.

Benzena dilepaskan ke lingkungan saat batu bara dan minyak dibakar dan dibuat menjadi bahan kimia baru di kilang minyak, kemudian dilepaskan ke lingkungan melalui knalpot kendaraan.

Zat kimia ini dapat masuk ke tubuh anda melalui paru-paru, saluran pencernaan, dan kulit.

Saaa anda terpapar benzena tingkat tinggi di udara, sekitar setengah dari benzena yang anda hirup ini akan melewati lapisan paru-paru dan memasuki aliran darah.

Begitu berada di aliran darah, benzena mengalir ke seluruh tubuh anda dan dapat disimpan sementara di sumsum tulang dan lemak.

Baca juga: Tangki Kilang Pertamina di Cilacap Terbakar, Hanya Satu Tangki, Pertamina: Pasokan BBM Aman

Biasanya, benzena meninggalkan tubuh melalui urin dalam waktu sekitar 48 jam.

Pada bayi yang belum lahir, benzena dapat dihirup oleh ibu dan ditransfer ke anak melalui darah sang ibu.

Pada anak-anak dan bayi yang belum lahir, benzena dapat menyebabkan masalah pada darah dan jaringan yang membentuk sel darah.

Paparan benzena ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker pada jaringan yang membentuk sel darah dalam tubuh, dan lebih sering menyebabkan leukemia pada anak kecil.

Benzena telah terbukti memiliki beberapa pengaruh perkembangan pada anak-anak, termasuk memicu rendahnya berat badan bayi saat lahir, terhambatnya pembentukan tulang, hingga kerusakan sumsum tulang.

Lalu ada pula timbal, zat tambahan yang yang mudah dibuat dan berbiaya murah, namun zat ini tentu berbahaya bagi anak-anak pada semua tingkat paparan dan dapat memiliki efek negatif yang akan dialami seumur hidup.

Petugas kesehatan berdiri di depan peti mati delapan puluh lima korban di Freetown pada 8 November 2021, dua hari setelah bola api besar yang dipicu oleh ledakan tanker bahan bakar menewaskan hampir 100 orang di ibu kota Sierra Leone. (Photo by Saidu BAH / AFP)
Petugas kesehatan berdiri di depan peti mati delapan puluh lima korban di Freetown pada 8 November 2021, dua hari setelah bola api besar yang dipicu oleh ledakan tanker bahan bakar menewaskan hampir 100 orang di ibu kota Sierra Leone. (Photo by Saidu BAH / AFP) (AFP/SAIDU BAH)

Namun kini tidak semua produsen bahan bakar minyak masih menggunakan zat ini, karena mempertimbangkan dampak buruknya bagi kesehatan.

Perlu diketahui, timbal digunakan di kilang bersama dengan bahan bakar fosil saat membakar dan membuat bahan kimia baru.

Zat ini dilepaskan sebagai produk ganda di kilang minyak dan dapat melakukan perjalanan bermil-mil sebelum mengendap di tanah.

Hal ini tentu saja menambah tingkat timbal yang sebelumnya sudah ada di tanah dan lingkungan serta membuat risikonya jauh lebih tinggi.

Timbal mengendap dalam tubuh untuk jangka waktu yang berbeda, tergantung di mana ia terakumulasi dalam tubuh.

Sementara itu, setengah dari timbal dalam darah akan dikeluarkan dalam waktu 25 hari.

Di jaringan lunak, dibutuhkan waktu 40 hari untuk mengeluarkan setengah dari timbal, lalu di tulang dan gigi membutuhkan waktu lebih lama yakni hingga 10 tahun bahkan lebih dari itu.

Baca juga: Dirut Pertamina Minta Tidak Ada Panic Buying Sikapi Kebakaran Tangki di Kilang Cilacap

Zat kimia ini cukup lama tersimpan dalam tubuh, seseorang dapat teracuni hanya dari paparan sejumlah kecil timbal namun dalam jangka waktu yang lama, ini disebut paparan dosis rendah kronis.

Seseorang akan terus terpapar timbal, dan menghadapi konsekuensi dari paparan tersebut, bahkan setelah paparan timbal yang sebenarnya berhenti.

Anak-anak dan ibu hamil juga sangat rentan terhadap efek berbahaya dari zat ini.

Timbal dapat mempengaruhi sistem tubuh anak-anak yang sedang berkembang dan tubuh mereka ternyata menyerap lebih banyak timah dibandingkan orang dewasa.

Kadar timbal dalam darah anak-anak dapat menimbulkan masalah pada perilaku dan belajar, IQ rendah, pertumbuhan melambat, masalah pendengaran hingga anemia.

Ibu hamil juga sangat rentan terhadap efek berbahaya dari timbal ini, karena dapat membuat bayi mereka yang sedang berkembang dalam perut, menjadi terpapar.

Bahkan ibu hamil dapat mengalami kelahiran prematur, atau penurunan tingkat pertumbuhan pada bayi yang baru lahir jika mereka terpapar timbal selama masa kehamilan mereka.

Lalu apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi paparan bahan kimia berbahaya dari kilang minyak?

Cara tercepat untuk mengurangi paparan bahan kimia berbahaya ini adalah dengan menjauh sejauh mungkin dari kilang minyak.

Banyak kilang minyak berlokasi atau berada di dekat pemukiman padat penduduk atau perkampungan.

Mirisnya, masyarakat dan lingkungan tersebut menjadi pihak yang paling menderita dari dampak negatif yang ditimbulkan.

Orang-orang yang tinggal di komunitas ini bahkan tidak memiliki uang maupun suara untuk melakukan upaya agar kilang minyak tidak membuat lingkungan mereka tercemar.

Selain itu, mereka yang tinggal di lingkungan tersebut tidak mampu untuk pindah dari lokasi dekat kilang dan 'secara finansial' terpaksa bertahan dalam situasi saat ini.

Bagi keluarga dan individu yang tidak dapat meninggalkan lingkungan beracun mereka, beberapa tindakan pun dapat diambil untuk mengurangi paparan bahan kimia yang berbahaya ini.

Satu diantaranya dengan membeli air dan makanan sejauh mungkin dari kilang minyak, karena ini akan mengurangi tingkat paparan.

Karena untuk beberapa bahan kimia, dapat membuat persediaan makanan dan air terkontaminasi.

Mengenakan masker saat pergi ke luar atau saat paparan bahan kimia di udara lebih kuat dari biasanya, diyakini dapat mengurangi masuknya bahan kimia ke tubuh pada tingkat yang lebih tinggi.

Anda juga bisa menutup semua celah jendela dan pintu, memastikan bahwa tidak ada bahan kimia yang beredar di udara dan masuk ke rumah anda.

Banyak orang di komunitas ini memang tidak mampu membeli filter udara baru yang mahal atau jendela maupun pintu baru untuk menghentikan kebocoran udara, namun hal ini tidak menjadi alasan mereka harus hidup dengan paparan bahan kimia ini.

Karena perubahan kecil sederhana dapat membuat perbedaan besar dalam jangka panjang terkait paparan bahan kimia dan efek kesehatan negatif yang mungkin ditimbulkan di masa depan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas