Muncul Varian Omicron, Ikatan Dokter Anak Indonesia Keluarkan Rekomendasi Pembelajaran Tatap Muka
IDAI mengeluarkan rekomendasi pembelajaran tatap muka di sekolah bagi anak-anak, di tengah kemunculan varian baru Omicron
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan rekomendasi pembelajaran tatap muka di sekolah bagi anak-anak, di tengah kemunculan varian baru Covid-19 Omicron.
Rekomendasi tersebut, diterbitkan IDAI, pada Minggu (28/11/2021) lalu,
IDAI menilai anak akan mendapatkan lebih banyak manfaat dari pembelajaran tatap muka, sehingga upaya untuk kembali ke sekolah secara aman harus menjadi prioritas utama semua pihak.
Meski demikian, Ketua Umum IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, vaksinasi harus menjadi salah satu syarat untuk anak mengikuti pembelajaran tatap muka, sehingga anak lebih terlindungi saat melakukan aktivitas bersama.
"Penggunaan masker secara benar direkomendasikan mulai anak berusia 2 tahun ke atas, dan wajib dikenakan saat berkegiatan di dalam ruangan," kata Dokter Piprim.
Kemudian, jarak antar siswa saat berada di dalam kelas minimal 1,8 meter dengan tetap mengerjakan protokol kesehatan secara disiplin.
Strategi pencegahan secara berlapis harus dikerjakan oleh semua stakeholders, antara lain: skrining sebelum masuk ke dalam lingkungan sekolah, memperbaiki ventilasi di dalam ruangan atau menggunakan hepa filter, cuci tangan dan etika batuk, disiplin untuk tetap berada di rumah saat sakit dan melakukan tes usap terhadap SARS-CoV-2 jika terindikasi.
Contact tracing dikombinasi dengan karantina dan isolasi terhadap warga sekolah yang terpapar, uji petik secara berkala, serta protokol kebersihan dan desinfeksi khususnya pasca penutupan sekolah saat terdapat cluster sekolah
"Semua warga sekolah, baik siswa, guru dan staf yang menunjukkan tanda dan gejala infeksi harus dirujuk atau memiliki akses ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan uji diagnosis (tes usap) atau pun perawatan sesuai indikasi," jelasnya.
Kemudian, dalam rekomendasi juga disematkan bahwa pedoman lokal yang digunakan masing-masing sekolah menekankan pada strategi pencegahan secara berlapis dan konsisten, guna melindungi siswa, guru, staf, dan keluarga demi mendukung keberlangsungan pembelajaran tatap muka.
Pemerintah dan pemangku kebijakan harus menyiapkan dashboard data yang lengkap, akurat dan transparan mengenai transmisi lokal, cakupan vaksinasi, hasil uji petik dan adanya outbreak atau cluster sehingga dapat membantu pengambilan keputusan mengenai keberlangsungan sekolah tatap muka serta protokol kesehatan dan strategi pencegahan yang harus dilakukan
Perilaku disipilin dalam menjalankan protokol kesehatan harus dicontohkan oleh staf pengajar dan perangkat sekolah kepada murid-muridnya. Misalnya pemakaian masker, menghindari kerumunan.
"Karena sekolah-sekolah di daerah guru-guru nya masih banyak yang mengabaikan pemakaian masker,sehingga murid-murid juga ikut mencontoh," tegas Piprim.
Lengkapi Imunisasi Dasar Anak
IDAI mengajak orangtua dan masyarakat, serta nakes untuk memeriksa dan melengkapi imunisasi anak agar anak terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti difteri, campak maupun rubela.
Untuk itu IDAI meluncurkan program Littleku (lengkapi imunisasi tidak lengkap anakku) sebagai upaya menginventaris dan mengenali anak yang terlambat atau tidak lengkap imunisasinya.
Saat ini cakupan imunisasi dasar pada anak mengalami penurunan, akibat pandemi Covid-19.
"Kalau imunisasi dasar turun di bawah 60 persen saja, penyakit yang tadinya terkendali bisa bermunculan lagi," kata Piprim.
Diharapkan pula melalui program Littleku dapat memberi gambaran rutin kepada IDAI terkait kemunculan penyakit seperti difteri, campak maupun rubela.
"Selain itu, banyak dokter yang khawatir dengan program imunisasi kejar atau diberikan kepada anak yang terlambat atau peserta imunisasi yang baru sadar setelah jadwal terlewat," imbuhnya.
Kementerian Kesehatan RI melaporkan cakupan imunisasi dasar lengkap secara nasional sampai dengan Oktober 2021, baru mencapai 56,5 persen dari target 78 persen populasi sasaran.
Adapun provinsi yang mendekati target tersebut adalah Bengkulu, Banten, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Bangka Belitung.
Imunisasi dasar lengkap pada usia anak di antaranya Hepatitis B, BCG, Polio, DPT.
IDAI memandang imunisasi dasar dan lanjutan penting untuk menjaga imunitas anak dan melindungi anak saat beraktivitas seperti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah.
Executive Director International Pediatric Association (IPA) Aman Bhakti Pulungan menambahkan, imunisasi rutin pada anak perlu diperioritaskan sebelum pemberian vaksin Covid-19.
"Kita mau imunisasi rutin didahulukan, baru nanti diimunisasi Covid-19," kata Aman.
Menurut Aman pernyataan itu akan disampaikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai bahan masukan yang perlu dipertimbangkan.
Mengabaikan imunisasi rutin pada anak berisiko memicu kejadian luar biasa (KLB) di masa depan.