Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Pandemi Covid-19 Sebabkan Lonjakan Kematian Penderita Malaria

WHO menemukan bahwa Covid-19 telah mengacaukan kemajuan dalam melawan penyakit yang dibawa oleh nyamuk ini.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pandemi Covid-19 Sebabkan Lonjakan Kematian Penderita Malaria
Brian Ongoro / AFP
Seorang petugas kesehatan menyiapkan vaksinasi malaria untuk seorang anak di rumah sakit Sub-County Yala, di Yala, Kenya, pada 7 Oktober 2021. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin kemarin mengatakan gangguan terkait pandemi virus corona (Covid-19) telah menyebabkan lonjakan kematian pada penderita Malaria dengan cakupan 'puluhan ribu lebih banyak' di 2020.

Kendati demikian, menurut lembaga tersebut, tindakan yang dilakukan secara mendesak telah mencegah terwujudnya skenario yang jauh lebih buruk.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (7/12/2021), dalam sebuah laporan terbaru, WHO menemukan bahwa Covid-19 telah mengacaukan kemajuan dalam melawan penyakit yang dibawa oleh nyamuk ini.

Padahal upaya dalam melawan malaria dianggap telah stabil sebelum pandemi melanda.

Diperkirakan ada 241 juta kasus malaria yang terjadi di seluruh dunia pada 2020, angkanya 14 juta lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca juga: Dari Jahe hingga Kemangi, Ini 6 Obat Alami untuk Mengobati Malaria

Sementara jumlah kematian yang sempat turun, secara cepat membengkak menjadi 627.000 pada tahun lalu, angkanya melonjak 69.000 dari 2019.

Berita Rekomendasi

"Sekitar dua pertiga dari kasus kematian tambahan itu terkait dengan gangguan dalam penyediaan layanan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan malaria selama pandemi. Namun situasinya bisa saja jauh lebih buruk," kata WHO.

WHO kemudian menyampaikan proyeksinya saat pandemi dimulai pada awal 2020 bahwa gangguan layanan dapat menyebabkan kematian akibat malaria berlipat ganda pada tahun tersebut.

"Berkat kerja keras badan-badan kesehatan masyarakat di negara-negara yang terkena malaria, proyeksi terburuk dari dampak Covid tidak terjadi," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan.

Menurutnya, saat ini semua pihak perlu memanfaatkan energi dan komitmen yang sama untuk membalikkan kemunduran yang disebabkan oleh pandemi dan meningkatkan laju kemajuan dalam melawan penyakit ini.

Sejak pergantian abad, dunia telah membuat kemajuan yang stabil terhadap malaria, dengan kasus tahunan turun 27 persen pada 2017 dan angka kematian turun lebih dari 50 persen.

Namun jumlahnya terhenti di tahun-tahun sebelum pandemi.

Dan situasinya memburuk di Afrika sub-Sahara, di mana 95 persen dari semua kasus malaria dan 96 persen dari semua kematian terjadi, dialami anak-anak berusia di bawah 5 tahun.

Laporan WHO menunjukkan bahwa 24 negara telah mencatat peningkatan kasus kematian akibat malaria sejak 2015, ini merupakan tahun dasar untuk strategi malaria global yang dilakukan lembaga tersebut.

Di 11 negara dengan beban malaria tertinggi di seluruh dunia, kasus pun membengkak dari 150 juta pada 2015 menjadi 163 juta pada 2020.

Sementara kematian meningkat dari 39.000 menjadi 444.600 pada periode yang sama.

"Saya pikir kita berada di ambang potensi krisis malaria. Tidak hanya kita semakin dekat dengan eliminasi atau pemberantasan secara global, namun masalahnya menjadi lebih buruk di sejumlah besar negara di Afrika," kata Kepala Program Malaria Global WHO, Dr Pedro Alonso.

Kendati demikian, ada pula sejumlah negara yang telah membuat kemajuan.

Pada periode 2000 hingga 2020, 23 negara berhasil melewati tiga tahun berturut-turut tanpa penularan lokal, dan sejauh ini pada tahun 2021, Cina dan El Salvador disertifikasi bebas malaria.

Langkah positif lainnya adalah terkait pengembangan vaksin pertama malaria.

Pekan lalu, aliansi vaksin global, GAVI mengatakan telah menyetujui dana untuk meluncurkan vaksin kategori anak-anak di sub-Sahara Afrika dengan nilai mencapai hampir 156 juta dolar Amerika Serikat (AS) .

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas