Mitos atau Fakta, TBC adalah Penyakit Menurun? Berikut Penjelasan Dokter
TBC hampir serupa dengan Covid-19. Karena penularannya bisa sama-sama lewat udara atau droplet.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Dewi Agustina
Sayangnya banyak orang yang tidak bisa komitmen menjalani pengobatan selama 6 bulan.
Padahal kata dr Santi, akan ada dampak serius jika pengobatan terputus. Kuman penyebab TBC dalam paru-paru tidak semua mati.
"Kuman ini ada beberapa jenis, dorman dan aktif. Kuman yang Dorman, tidur dan sembunyi. Kalau sembunyi susah dimatikan. Terus menerus kasih anitobiotik agar semua mati," paparnya.
Orang yang minum antibiotik secara tidak teratur maka kuman di dalam tubuh akan resisten alias kebal terhadap obat yang diberikan.
Akibatnya dokter harus memberikan pasien ini obat lapis kedua. Obat yang lebih canggih dan kuat.
Baca juga: Mengapa Pengobatan TBC Harus Dilakukan Enam Bulan Tanpa Henti? Dokter Beri Penjelasan
Pengobatan lapis kedua seperti ini tentu membutuhkan biaya lebih besar. Dan juga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mematikan bakteri yang sudah kuat.
"Obat harus diganti. Seringkali diberikan suntikan. Setiap kali datang disuntik, sebulan dan dua bulan dan menyakitkan. Karena biasanya minum obat lewat mulut, kali ini disuntik," kata dr Santi lagi.
Karenanya pasien TBC Paru diharapkan jangan berhenti berobat sebelum dinyatakan selesai.
Dikhawatirkan malah membuat kuman menjadi kebal, resisten dan ada efek samping terhadap diri sendiri.
"Dan si kuman di dalam tubuhnya kalau menular ke orang lain kasihan. Karena ketularan virus yang udah pinter. Begitu masuk kuman yang sakti, udah gak mempan obat ini," ujarnya.