Mengapa Angka Kematian Ibu Saat dan Setelah Melahirkan Masih Tinggi di Indonesia
Indonesia masih memiliki angka kematian ibu (AKI) yang tinggi yakni 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
![Mengapa Angka Kematian Ibu Saat dan Setelah Melahirkan Masih Tinggi di Indonesia](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ilustrasi-ibu-hamil-besar.jpg)
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indonesia masih memiliki angka kematian ibu (AKI) yang tinggi yakni 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Data ini berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) terakhir yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015.
Baca juga: Rezky Aditya Curiga Citra Kirana Hamil Lagi, Sebut Sikap sang Istri Jadi Lebih Sensitif
Baca juga: Kolaborasi BKKBN dan Tanoto Foundation Percepat Penurunan Stunting di Indonesia
Dari hasil pengamatan UNFPA pada ICPD 25+ adalah di seluruh dunia ada korelasi negatif antara proporsi kunjungan bidan atau dokter kandungan dengan AKI.
Namun tidak di Indonesia, meskipun proporsi kunjungan yang tinggi oleh bidan/dokter sebesar 90,9 persen (SDKI 2017) kematian ibu tetap menunjukkan angka yang tinggi.
Kepala BKKBN Dr.(H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menjelaskan, salah satunya karena delay, datang di faskes itu tidak lebih dari 2 jam meninggal.
![Kepala BKKBN Dr.(H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/hasto-bkkbn.jpg)
Jadi kalau misalkan datang sudah lebih dari 2 jam itu para dokter, bidan di RS tempat rujukan itu berkata ini karena delay. Belum sempat diatasi dalam waktu 2 jam sudah meninggal.
"Inilah potret ini yang mendorong kita marilah kita kemudian bisa mencegah kematian lebih dini dengan meningkatkan sistem rujukan,” jelas saat memberikan paparan pada acara Webinar Optimalisasi Peran Bidan terhadap Kegawatdaruratan Maternal yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Kebidanan Program Diploma III Universitas Muhamamdiyah Gombong (Unimugo), baru-baru ini.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sendiri sempat mengalami penurunan dari tahun 1990 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup (hasil estimasi WHO) menjadi 220 ditahun 2010 (survey negara lain).
Namun sayangnya mengalami kenaikan pesat menjadi 359 hasil dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012.
Sedangkan menurut hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) terakhir yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) AKI di Indonesia turun menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia Tuti Sukaeti,Spd.SST. M.Kes yang juga menjadi pembicara dalam webinar mengatakan, terdapat kondisi-kondisi yang bisa dikatakan sebagai kegawatdaruratan maternal diantaranya kondisi kesehatan yang mengancam jiwa saat kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran, terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam ibu dan bayi, serta kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janin.
![Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia Tuti Sukaeti,Spd.SST. M.Kes](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ikatanbidan.jpg)
Kasus inilah yang menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. Kemudian kegawatdaruratan dasar pada kehamilan, persalinan dan nifast misalnya henti jantung dan nafas, syok, kejang, pingsan dan sesak napas.
Dokter Hasto pun menambahkan, penyebab kematian ibu telah dipetakan seperti gangguan hipertensi yang bisa berujung pada preeklampsia atau eklampsia yang sifatnya superimposed atau mungkin sebelumnya sudah mempunyai riwayat hipertensi kemudian hamil.
Selain itu pendarahan yang menduduki penyebab kedua terjadinya kematian ibu dan komplikasi-komplikasi lainnya yang bersifat obstetrik dan nonobstetrik, infeksi, dan lain-lain.
Menurutnya, pendarahan sebenarnya bisa dicegah bila tidak terlambat diatasi dengan mempercepat rujukan ke rumah sakit.
Namun kebanyakan dari masyarakat sekitar khususnya keluarga masih ragu untuk memberikan keputusan rujukan tersebut. Disinilah kata Dokter Hasto peran bidan sangat dibutuhkan bukan hanya sebagai provider tetapi juga sebagai community leader, decission maker, communicator, dan manage pendamping keluarga ibu hamil untuk mempengaruhi keluarga dan masyarakat akan pentingnya ibu hamil bila diharuskan untuk dirujuk.
“Bidan mampu menggerakkan dan mampu menjadi leaderndalam mengambil keputusan. Mampu menemukan kebutuhan kesehatan bersama individu serta masyarakat, jadi tahu situasi dan latar belakang pasien yang mau dirujuk siapa. Kemudian mampu melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat, artinya keputusan yang diambil oleh bidan itu betul-betul membumi ditengah masyarakat itu,” tambahnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.