Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Apa Bahaya Stunting pada Anak? Permasalahan Gizi Menjadi Isu Kesehatan Global Menurut WHO

Apa bahaya stunting pada anak? Permasalahan gizi merupakan isu kesehatan global yang penting menurut WHO. Stunting mengganggu pertumbuhan anak.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Apa Bahaya Stunting pada Anak? Permasalahan Gizi Menjadi Isu Kesehatan Global Menurut WHO
Pexels.com/Pixabay
Ilustrasi - Apa bahaya stunting pada anak? Permasalahan gizi merupakan isu kesehatan global yang penting menurut WHO. 

TRIBUNNEWS.COM - Stunting pada anak menjadi permasalahan lama yang dihadapi oleh sebagian besar negara di dunia.

Berdasarkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.

Permasalahan gizi anak menjadi fokus secara global.

Stunting sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak dapat disebabkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Baca juga: Peringati Hari Gizi Nasional 2022, Kemenkes Imbau Ibu Perhatikan Masalah Stunting & Obesitas Anak

Lalu, apa bahaya stunting pada anak?

Ilustrasi Balita
Ilustrasi Balita (https://id.theasianparent.com/)

Anak-anak yang mengalami stunting mengalami pengurangan tinggi badan yang kurang dari -2 standar deviasi berdasarkan referensi Pertumbuhan Anak WHO, dikutip dari Speaking of Medicine.

Jumlah total anak stunting di dunia telah menurun, namun tetap saja, 150 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting.

Jumlah ini hanyalah sebagian kecil dari jumlah anak yang mengalami perlambatan pertumbuhan linier karena berbagai sebab.

PLOS Medicine menerbitkan penelitian yang ditulis oleh Goodarz Danaei dan rekan-rekannya tentang faktor risiko pengerdilan anak di 137 negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Berita Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukkan perlambatan pertumbuhan terjadi pada saat tahap janin dan kondisi lingkungan yang keras.

Selain itu, ada konsensus penyebab pertumbuhan terhambat terutama ditemukan di awal kehidupan atau bahkan sebelum pembuahan.

Pertumbuhan yang terhambat di masa kanak-kanak dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan dan sosial jangka pendek dan panjang.

Dikutip dari laman Kemenkes, berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan prevalensi stunting di Indonesia adalah 24,4 persen.

Jumlah tersebut masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam rpjmn 2020-2024, yakni 14 persen.

Sementara itu, berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8 persen dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8 persen.

Target angka obesitas di 2024 tetap sama 21,8 persen dan diarahkan untuk mempertahankan tingkat obesitas agar tidak naik.

Baca juga: Apa Itu Stunting? Berikut Penjelasan dan Penyebab Stunting pada Anak

Bahaya Stunting

Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Dr. Dhian Probhoyekti, SKM, MA, menjelaskan bahaya stunting pada anak.

“Dampak masalah gizi stunting dan obesitas berdampak jangka pendek dan jangka panjang karena kedua masalah gizi ini menjadi indikator pembangunan kesehatan bangsa yang berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus,” katanya dalam konferensi Hari Gizi Nasional ke-62 secara virtual, Selasa (18/1/2022).

Anak yang mengalami stunting akan gagal tumbuh.

Hal ini ditunjukkan dengan tinggi badan pendek dan perkembangan intelektual terhambat.

Selain itu, kebutuhan gizi juga penting bagi ibu hamil dan calon ibu.

Dikutip dari Concern Nusa, jika seorang ibu kekurangan gizi, kemungkinan besar bayinya akan lahir dengan berat badan kurang.

Hal ini memicu siklus pengerdilan tubuh karena stunting.

Tanpa perawatan pascakelahiran yang tepat dan nutrisi yang tepat, bayi kemungkinan akan menderita pertumbuhan yang terhambat.

Jika gizi buruk anak tidak diobati, mereka sendiri dapat tumbuh menjadi seorang wanita muda yang menjadi ibu kurang gizi untuk anak stunting.

Selain itu, anak yang mengalami stunting rentan mengalami kelebihan berat badan saat dewasa, sehingga menimbulkan lebih banyak risiko kesehatan.

Dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak pada gangguan metabolik yang meningkatkan risiko individu obesitas, diabetes, stroke, dan jantung.

Perbaikan gizi saat ini lebih diarahkan pada gizi seimbang sebagai solusi menurunkan stunting dan mencegah angka obesitas naik.

Gizi seimbang bermakna luas dan berlaku pada semua kelompok umur.

Baca juga: Menko PMK: Penanganan Stunting Akan Diintegrasikan Antar-Kementerian

Contoh penerapan gizi seimbang, dilakukan dengan:

1. Mengonsumsi aneka ragam makanan;

2. Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat;

3. Mempertahankan berat badan normal;

4. Melakukan aktivitas fisik di semua kelompok umur.

Kementerian Kesehatan juga melakukan intervensi spesifik untuk melaksanakan Penerapan gizi seimbang.

“Saat ini memang kita berfokus pada remaja dan 1000 hari pertama kehidupan dengan tujuan memperkuat intervensi,” ucap Dr. Dhian.

Dalam intervensi spesifik ada 6 intervensi yang Kemenkes lakukan, yaitu:

1. Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA);

2. Promosi dan konseling menyusui;

3. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak;

4. Pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A;

5. Penanganan masalah gizi dan pemberian makanan tambahan;

6. Tatalaksana gizi buruk.

“Intervensi spesifik diikuti dengan strategi peningkatan kapasitas SDM, peningkatan kualitas program, penguatan edukasi gizi dan penguatan manajemen intervensi gizi di Puskesmas dan Posyandu,” kata dr. Dhian.

Selain upaya dari pemerintah, peran keluarga terutama ibu sangat penting dalam mencegah anak stunting dan obesitas.

Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB, Prof Dr. Hardiansyah, mengatakan pencegahan stunting maupun obesitas harus dilakukan secara dini.

Ibu memiliki peran penting dalam menentukan makanan pada saat hamil dan pemberian gizi serta pola asuh pada anak setelah lahir.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Gizi Anak

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas