Apa Bahaya Stunting pada Anak? Permasalahan Gizi Menjadi Isu Kesehatan Global Menurut WHO
Apa bahaya stunting pada anak? Permasalahan gizi merupakan isu kesehatan global yang penting menurut WHO. Stunting mengganggu pertumbuhan anak.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Stunting pada anak menjadi permasalahan lama yang dihadapi oleh sebagian besar negara di dunia.
Berdasarkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.
Permasalahan gizi anak menjadi fokus secara global.
Stunting sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak dapat disebabkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Baca juga: Peringati Hari Gizi Nasional 2022, Kemenkes Imbau Ibu Perhatikan Masalah Stunting & Obesitas Anak
Lalu, apa bahaya stunting pada anak?
Anak-anak yang mengalami stunting mengalami pengurangan tinggi badan yang kurang dari -2 standar deviasi berdasarkan referensi Pertumbuhan Anak WHO, dikutip dari Speaking of Medicine.
Jumlah total anak stunting di dunia telah menurun, namun tetap saja, 150 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting.
Jumlah ini hanyalah sebagian kecil dari jumlah anak yang mengalami perlambatan pertumbuhan linier karena berbagai sebab.
PLOS Medicine menerbitkan penelitian yang ditulis oleh Goodarz Danaei dan rekan-rekannya tentang faktor risiko pengerdilan anak di 137 negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Hasil penelitian menunjukkan perlambatan pertumbuhan terjadi pada saat tahap janin dan kondisi lingkungan yang keras.
Selain itu, ada konsensus penyebab pertumbuhan terhambat terutama ditemukan di awal kehidupan atau bahkan sebelum pembuahan.
Pertumbuhan yang terhambat di masa kanak-kanak dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan dan sosial jangka pendek dan panjang.
Dikutip dari laman Kemenkes, berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan prevalensi stunting di Indonesia adalah 24,4 persen.
Jumlah tersebut masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam rpjmn 2020-2024, yakni 14 persen.
Sementara itu, berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8 persen dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8 persen.
Target angka obesitas di 2024 tetap sama 21,8 persen dan diarahkan untuk mempertahankan tingkat obesitas agar tidak naik.
Baca juga: Apa Itu Stunting? Berikut Penjelasan dan Penyebab Stunting pada Anak