Pasien Gagal Ginjal Kronis Berisiko Hiperkalemia, Begini Saran Dokter untuk Mencegahnya
Jika tidak mendapatkan tata laksana yang baik dalam 7 tahun pertama, pasien gagal ginjal bisa mengalami kondisi gagal ginjal kronis (PGK).
Editor: Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH mengingatkan pentingnya deteksi dini dan intervensi dini bagi pasien penyakit ginjal kronis.
Jika tidak mendapatkan tata laksana yang baik dalam 7 tahun pertama, pasien gagal ginjal bisa mengalami kondisi gagal ginjal kronis (PGK).
Baca juga: Gagal Ginjal Jadi Diagnosis Sekunder Tertinggi Kedua, Kebutuhan Cuci Darah Terus Meningkat
Namun jika terdeteksi sejak awal maka kondisi mengarah ke gagal ginjal kronis bisa tertangani lebih baik.
“Penyakit ginjal kronis erat kaitannya dengan Hiperkalemia. Ketika seseorang mengalami PGK, ginjal tidak dapat mengeluarkan kalium dengan efektif seperti biasanya. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan kalium dalam darah, yang merupakan karakteristik dari hiperkalemia. Peningkatan kadar kalium dalam darah ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi,” ujar dia di Jakarta ditulis Sabtu (21/12/2024).
Baca juga: Benarkah Maltodextrin dalam Susu Formula Penyebab Diabetes dan Gagal Ginjal pada Anak? Ini Kata Ahli
Hiperkalemia merupakan kondisi dengan ditandai tingginya kadar kalium dalam darah yang dapat mengancam jiwa.
Ia menerangkan, pada penderita hiperkalemia, ginjal secara perlahan akan kehilangan fungsinya, yakni untuk menyaring darah, mengeluarkan limbah, dan menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh.
Kondisi hiperkalemia pada pasien dengan PGK bisa meningkatkan kemungkinan kematian dalam waktu satu hari setelah kejadian.
Selain bagi para penderita PGK, hiperkalemia juga bisa dialami oleh pasien gagal jantung, diabetes mellitus dan bagi mereka yang mengonsumsi obat tekanan darah.