Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Ahli Virologi: Vaksin Sputnik V Sanggup Kalahkan Omicron dan Seefektif Booster Universal

Ahli penyakit menular dan vaksin terkemuka asal Argentina, Prancis dan Amerika Serikat telah memuji vaksin virus corona (Covid-19) asal Rusia.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Ahli Virologi: Vaksin Sputnik V Sanggup Kalahkan Omicron dan Seefektif Booster Universal
Juan MABROMATA / AFP
Seorang petugas kesehatan menunjukkan botol vaksin Sputnik V di pusat vaksinasi untuk petugas kesehatan medis, di lapangan basket klub Argentina River Plate, di bawah tribun stadion Monumental, di Buenos Aires pada 2 Februari, 2020. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, CORDOBA - Ahli penyakit menular dan vaksin terkemuka asal Argentina, Prancis dan Amerika Serikat (AS) saat ini telah memuji vaksin virus corona (Covid-19) asal Rusia.

Begitu pula hasil penelitian Italia yang dilakukan baru-baru ini yang diklaim menunjukkan bahwa vaksin yang diberi nama Sputnik V itu memiliki efektivitas tertinggi dalam melawan Omicron, jika dibandingkan dengan vaksin lainnya yakni Pfizer.

'Konklusif dan mendorong', ini adalah istilah yang digunakan oleh Spesialis Penyakit Menular Hugo Pizzi dari Universitas Córdoba Argentina, mengacu pada hasil studi vaksin komparatif Italia-Rusia baru-baru ini terhadap vaksin Sputnik V dan Pfizer yang dilakukan di laboratorium Roma.

Hasilnya menyatakan bahwa Sputnik V umumnya 2,1 kali lebih efisien dalam melawan strain Omicron dibandingkan Pfizer.

Dikutip dari Sputnik News, Kamis (27/1/2022), dalam sebuah komentar yang diterbitkan oleh investor vaksin RDIF, Profesor Pizzi memuji Sputnik sebagai 'vaksin yang sangat baik dengan banyak sifat'.

Baca juga: Diklaim Paling Aman di Dunia, Orang yang Disuntik Vaksin Sputnik V Terlindungi dari Risiko Kematian

Ia menekankan bahwa temuan universitasnya tentang masalah tersebut sesuai dengan data terbaru.

Berita Rekomendasi

"Di Universitas Córdoba, kami telah mengkonfirmasi efektivitas tinggi vaksin Sputnik dalam beberapa penelitian yang diterbitkan pada varian lain, seperti Manaos dan Delta. Jadi tidak mengejutkan bagi saya bahwa efektivitas terhadap #Omicron setinggi yang ditunjukkan studi," kata Profesor Pizzi.

Baca juga: Arab Saudi Izinkan Masuk Pendatang yang Sudah Divaksin Covid-19 dari Sputnik V, Mulai 1 Januari

Diklaim jauh lebih kuat

Menurut pakar vaksin terkemuka AS, Profesor Hildegund Ertl, ekspresi antigen oleh vektor adenovirus jauh lebih lama dibandingkan mRNA.

"Ini mendorong stimulasi sel-sel penghasil antibodi yang tahan lama," kata Profesor Ertl.

Pakar yang berbasis di Philadelphia dan fokus pada penggabungan bagian-bagian dari virus yang berbeda ini pun setuju dengan pendapat Profesor Pizzi dalam memuji hasil studi Spallanzani sebagai temuan yang 'sangat menjanjikan'.

Sementara itu, ia juga menggarisbawahi daya tahan perlindungan yang diberikan oleh vaksin Rusia.

"Titer antibodi terhadap virus 'tipe liar' asli tetap stabil selama periode 6 bulan setelah vaksinasi Sputnik V, namun menurun sekitar 10 kali setelah vaksinasi mRNA. Ini kemungkinan mencerminkan perbedaan dalam biologi dari 2 prototipe vaksin," jelas Profesor Ertl.

Menurut data Pfizer sendiri, yang diajukan oleh raksasa farmasi itu ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS pada tahun lalu, kualitas perlindungan vaksinnya terhadap infeksi Covid-19 turun menjadi 43 persen dalam waktu 6 bulan setelah vaksinasi penuh.

Penguat Universal

Di sisi lain, ahli imunologi dan peneliti Prancis Cecil Czerkinsky juga menyambut baik hasil penelitian Spallanzani, yang secara meyakinkan menunjukkan bahwa adenovirus vectored Sputnik mampu meningkatkan respons antibodi penetral.

"Tidak hanya untuk Delta, namun juga untuk Omicron saat digunakan sebagai booster vaksin homolog yang berdiri sendiri dan sebagai booster dalam kombinasi dengan vaksin mRNA," tegas Czerkinsky.

Menurut peneliti, 'vaksinasi booster dengan vaksin mix & match, termasuk Sputnik Light, efisien dalam melawan mutasi' Omicron.

Termasuk lebih dari 30 mutasi yang terdeteksi pada glikoprotein S serta beberapa mutasi pada domain pengikatan reseptor (RBD) dan domain N-terminal dari glikoprotein S yang terkait dengan resistensi terhadap antibodi penetralisir (NtAb).

Sputnik Light telah mendapatkan persetujuan pada lebih dari 30 negara, termasuk sebagai booster untuk vaksin lainnya.

Vaksin ini telah disetujui penggunaannya di 71 negara, dengan total populasi lebih dari 4 miliar orang.

Tidak seperti Pfizer atau Moderna yang menggunakan teknologi mRNA, baik Sputnik V maupun Sputnik Light telah dikembangkan menggunakan platform vektor adenoviral manusia, yang telah ada selama 3 dekade.

Tidak seperti mRNA, vaksin berbasis vektor adenoviral sejauh ini tidak dikaitkan dengan efek samping serius yang jarang terjadi, seperti miokarditis dan perikarditis.

Berbeda dengan Pfizer, kedua vaksin Rusia itu dapat disimpan dan diangkut pada suhu +2 +8 Celcius, dan tidak memerlukan infrastruktur rantai dingin khusus untuk penyimpanan dan distribusinya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas