Gejala Penyakit OCD: Sering Lakukan Hal Sama Berulang, Selalu Merasa Melupakan Sesuatu
Gangguan obsesif kompulsif (OCD) merupakan gangguan kesehatan mental yang terjadi ketika seseorang terjebak dalam siklus obsesi dan kompulsif.
Penulis: Devi Rahma Syafira
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Dalam dunia kesehatan terdapat gangguan perilaku yang disebut obsessive ompulsive disorder (OCD).
Dilansir iocdf.org, gangguan obsesif kompulsif (OCD) merupakan gangguan kesehatan mental yang terjadi ketika seseorang terjebak dalam siklus obsesi dan kompulsif.
Obsesi adalah ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang disertai dengan kecemasan.
Sedangkan, kompulsi adalah kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan kecemasan.
Obsesif kompulsif merupakan gangguan kecemasan yang secara umum memiliki tanda gerakan dan pikiran berulang serta menetap.
Contohnya, tidak mampu menghentikan keinginan untuk mencuci tangan berkali-kali.
Baca juga: Aliando Syarif Ungkap Alasan 2 Tahun Menghilang, Akui Idap OCD dan Kesulitan Beraktivitas
Baca juga: Mengenal Gangguan Mental OCD, Simak Pengertian, Gejala, hingga Faktor penyebabnya
Gajala OCD
Gejala pasien gangguan obsesif kompulsif mungkin berubah-ubah, akan tetapi gangguan ini mempunyai empat pola gejala yang paling sering ditemui.
Dikutip dari grhasia.jogjaprov.go.id, berikut gejala-gejalanya:
1. Kontaminasi
Obsesi akan kontaminasi biasanya diikuti oleh pembersihan atau kompulsi menghindar dari objek yang dirasa terkontaminasi.
Objek yang ditakuti biasanya sulit untuk dihindari, misalnya feces, urine, debu, atau kuman.
2. Keraguan Patologis
Biasanya obsesi ini diikuti oleh kompulsi pemeriksaan berulang.
Pasien memiliki keraguan obsesif dan merasa selalu merasa bersalah tentang melupakan sesuatu atau melakukan sesuatu.
3. Pikiran yang Mengganggu
Biasanya meliputi pikiran berulang tentang tindakan agresif atau seksual yang salah oleh pasien.
4. Simetri
Kebutuhan untuk simetri atau ketepatan akan menimbulkan kompulsi kelambanan.
Misalnya, pasien membutuhkan waktu berjam – jam untuk menghabiskan makanan atau bercukur.
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif harus ada hampir setiap hari, sedikitnya 2 minggu berturut – turut.
Gejala–gejala obsesif mencakup hal–hal berikut:
1. Penderita harus menyadari suatu hal sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
Paling tidak terdapat satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas).
Pikiran atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
2. Ada kaitan erat antara gejala obsesif terutama pikiran obsesif dengan depresi
Penderita gangguan obsesif–kompulsif sering kali juga menunjukkan gejala depresi.
Adapun sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran–pikiran obsesif selama episode depresinya.
Dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibersamai secara paralel dengan perubahan gejala obsesif.
Apabila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala – gejala yang timbul terlebih dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif – kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala obsesif–kompulsif tersebut timbul.
Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer.
Pada gangguan menahun, prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.
Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.
Terapi Pengobatan
Terdapat beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan obsesif–kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkah laku.
Kombinasi kedua bentuk terapi tersebut memberikan hasil yang lebih efektif daripada terapi tunggal.
1. Farmakoterapi
Kelompok obat–obatan yang terbukti efektif untuk terapi pada pasien gangguan obsesif – kompulsif adalah SSRI antara lain fuoxetine, fluvoxamine, paroxetine, setraline, dan TCA yaitu clomipramine.
2. Terapi Tingkah Laku
Terapi tingkah laku untuk gangguan obsesif–kompulsif meliputi paparan dan pencegahan ritual.
Dalam terapi ini pasien dipaparkan dengan stimuli yang memprovokasi obsesinya misalnya dengan menyentuh objek yang terkontaminasi dan juga pasien ditahan untuk tidak kompulsi misalnya menunda mencuci tangan.
Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang obsesinya.
Lalu, diatur mulai dari yang kurang membuat cemas sampai yang paling membuat cemas.
Dengan melakukan paparan berulang terhadap stimulus diharapkan akan menghasilkan kecemasan yang minimal karena adanya habituasi.
(Tribunnews.com/Devi Rahma)
Artkel Lain Terkait OCD