Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Sarapan Belum Jadi Kebiasaan Anak-anak Indonesia, Ahli Gizi Ingatkan Orangtua soal Risikonya

Sarapan masih belum menjadi kebiasaan di Indonesia, khususnya di kalangan anak-anak. Akibatnya akan kurang bisa berkonsentrasi saat belajar

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Sarapan Belum Jadi Kebiasaan Anak-anak Indonesia, Ahli Gizi Ingatkan Orangtua soal Risikonya
Tribun Jateng/Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Mengenalkan anak pada makanan sehat pada usia dini sangatlah penting.Sarapan Belum Jadi Kebiasaan Anak-anak Indonesia, Ahli Gizi Ingatkan Orangtua soal Risikonya 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Banyak orangtua sering kali mengabaikan sarapan bagi anak, karena terburu waktu sekolah atau pergi bekerja.

Ahli Gizi UGM, Dr. Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, S.Gz., M.P.H., RD., menyoroti kondisi ini.

Ia menyebut, sarapan masih belum menjadi kebiasaan di Indonesia, khususnya di kalangan anak-anak.

Baca juga: Cegah Stunting, Perhatikan Asupan Gizi Agar Tumbuh Kembang Anak Berlangsung Optimal

Baca juga: Dampak Positif Pandemi, Anak Muda Mulai Sering Sarapan, Ini 6 Manfaatnya bagi Tubuh

“Hampir separuh anak-anak di Indonesia belum menjadikan sarapan sebagai suatu kebiasaan dengan berbagai alasan seperti keburu berangkat sekolah atau tidak sempat menyiapkan sarapan karena ibunya keburu berangkat kerja,” tuturnya, Sabtu (19/2/2022).

Data Survei Diet Total (SDT) Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI tahun 2020 menunjukkan dari 25.000 anak usia 6-12 tahun di 34 provinsi terdapat 47,7 persen anak belum memenuhi kebutuhan energi minimal saat sarapan.

Bahkan, 66,8 persen anak sarapan dengan kualitas gizi rendah atau belum terpenuhi kebutuhan gizinya terutama asupan vitamin dan mineral.

Ilustrasi.
Ilustrasi. (Shutterstock)
Berita Rekomendasi

Ia menjelaskan, anak usia sekolah membutuhkan 1.550 kalori per hari mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral.

Sementara itu, kebutuhan kalori saat sarapan tidaklah besar sekitar 300 kalori. Namun, sebagian besar anak Indonesia gagal memenuhi kebutuhan kalori saat sarapan karena asupan gizi yang tidak seimbang.

Kebutuhan kalori yang tak sesuai, tentu akan berdampak pada fungsi otak dalam memori pelajaran di sekolah.

Anak yang tidak memiliki kebiasaan sarapan akan kurang bisa berkonsentrasi saat belajar arena otaknya tidak mendapatkan cukup energi. Selain itu, memengaruhi pertumbuhan dan status gizi anak.

Oleh sebab itu, Mirza menekankan edukasi sarapan menjadi penting. Penyediaan sarapan bagi anak dilakukan dengan menganut gizi seimbang.

“Pilih yang mudah disiapkan, namun tetap memenuhi prinsip gizi seimbang. Contoh menu sederhana seperti nasi atau roti ditambah telor, buah dan susu ini sudah cukup memenuhi kebutuhan kalori,” terangnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas