Penjelasan Ahli, Bagaimana Menandai Kemungkinan Anak Jadi Korban Kekerasan Seksual
Kasus kekerasan pada anak nyatanya terus meningkat selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus kekerasan pada anak nyatanya terus meningkat selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Menurut data, pada tahun 2022, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) melaporkan angka kekerasan pada anak mencapai 14.571 kasus kekerasan.
Dan dari data tersebut, sebanyak 45,1 persen merupakan kekerasan seksual pada anak.
Baca juga: Ahli Tumbuh Kembang dan Pediatri Ungkap Selama Pandemi Covid-19, Kasus Kekerasan Terhadap Anak Naik
Sayangnya, mereka yang kerap menjadi pelaku adalah orang terdekat dari korban, bahkan keluarga. Misalnya orang tua, paman, kakek, kakak, dan orang-orang yang di sekitar rumah.
Menurut Ahli Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial, Dr Eva Devita Harmoniati Sp A (K), menyebutkan masyarakat harus tahu jika kekerasan seksual bukan hanya perkosaan.
"Harus tahu kekerasan seksual bukan hanya perkosaan, sodomi. Tapi juga disentuh pada area privat dari seorang anak, memperlihatkan kelamin pada anak, kemudian menontonkan porno aksi," ungkapnya pada talkshow di Instagram IDAI, dilansir Tribunnews (20/3/2022). .
Bagaimana menandai kemungkinan anak telah mengalami kekerasan seksual?
Menurut dr Eva ada beberapa tanda yang bisa jadi acuan dari orangtua.
Pertama, ketika mengalami suatu kekerasan seksual maka anak akan mengalami perubahan perilaku.
Yang tadinya anak ceria, riang dan gembira, mungkin cenderung menjadi pendiam dan mengurung diri.
Kedua, anak akan mengalami gejala gangguan tidur dan nafsu makan menurun. Tiba-tiba anak tidak mau makan.
Atau sebaliknya, anak jadi lebih banyak makan karena melampiaskan kegelisahannya. Kemudian anak sering terbangun di malam hari, mimpi buruk dan sebagainya.
Ketiga, kalau kekerasan seksual pada anak sampai penetrasi, maka biasanya akan ada keluhan organ genital. Ditandai dengan rasa sakit saat buang air kecil atau buang air besar.
Untuk anak-anak yang sudah lebih besar akan mengalami keputihan dan infeksi di saluran kemih.