Mengenal Metode Egg Freezing, Manfaat, Risiko & Usia Paling Ideal Lakukan Pembekuan Sel Telur
Masyarakat yang ingin melakukan egg freezing harus memikirkan secara matang dan harus rutin berkonsultasi dengan dokter.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Teknologi kesehatan terus berkembang. Satu di antaranya adalah metode pembekuan sel telur (egg freezing) atau dalam istilah medis dikenal dengan mature oocyte cryopreservation.
Metode ini jadi sorotan setelah aktris Luna Maya mengaku menjalani proses Egg Freezing.
Dokter kandungan Jimmy Yanuar Annas SpOG(K) mengatakan, masyarakat harus lebih kritis menyikapi perkembangan teknologi bidang reproduksi ini.
Masyarakat yang ingin melakukan egg freezing harus memikirkan secara matang dan harus rutin berkonsultasi dengan dokter.
"Proses egg freezing ideal adalah sebelum usia 40 tahun atau bahkan sebelum 35 tahun. Alasannya adalah pada rentang usia tersebut sel telur masih sehat," kata Staf pengajar Divisi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi FK UNAIR ini, Minggu (20/3/2022).
Egg freezing adalah proses pembekuan sel telur, dimana dalam metode ini sel telur wanita diambil dari ovarium, selanjutnya dibekukan saat tidak dibuahi dan disimpan untuk digunakan ketika wanita tersebut telah siap untuk memiliki anak.
Baca juga: Luna Maya Akui Tak Ada Keraguan Lakukan Egg Freezing: Ini Salah Satu Solusi Terbaik
Ketika seseorang tersebut telah siap, maka proses akan dilanjutkan dengan fertilisasi in vitro atau bayi tabung.
Yakni sel telur dibuahi dan kemudian ditanamkan pada rahim wanita tersebut.
"Sebenarnya tujuan dari egg freezing ini bermacam-macam. Utamanya dibagi menjadi dua yaitu dari indikasi medis dan indikasi sosial," ujarnya.
Untuk indikasi medis, berupa adanya keganasan (kanker) pada sel di bagian organ reproduksi wanita, utamanya pada ovarium.
"Pada stadium tertentu masih dapat dilakukan kriopreservasi kesuburan," ungkapnya.
Indikasi medis berikutnya adalah kelainan bawaan atau kongenital. Namun hal tersebut, juga masih menjadi kontroversi di dunia medis.
Jika masih ada indikasi kelainan kromosom dan tetap dilakukan kriopreservasi sel telur, angka keberhasilan untuk hamil sangat rendah.
"Untuk indikasi sosial bisa dari kesibukan wanita yang sangat padat, sehingga belum sempat menikah di usia produktif. Namun masih tetap ingin memiliki keturunan nantinya," papar dr Jimmy.
Berisiko
Ia menekankan, kriopreservasi yang dilakukan saat program egg freezing oleh wanita bukan tanpa risiko.
Beberapa terapi kanker, seperti kemoterapi, radiografi dapat memicu terjadinya menopause.
"Selain kanker ganas, penanganan yang dapat menurunkan jumlah sel telur juga menjadi pilihan untuk egg freezing adalah wanita yang mengidap endometriosis," jelas dr Jimmy.