Mengenal Hepatitis C yang Jadi Momok Masyarakat Asia Tenggara dan Cara Penularannya
HCV dapat menyebabkan hepatitis akut dan kronis dengan tingkat keparahan mulai dari ringan hingga penyakit serius yang berpotensi dialami seumur hidup
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hepatitis C saat ini masih menjadi salah satu penyakit 'silent killer' yang menjadi momok menakutkan bagi masyarakat dunia, terutama di kawasan Asia Tenggara.
Perlu diketahui, Hepatitis C merupakan penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV).
Dikutip dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (24/3/2022), secara global, diperkirakan 58 juta orang memiliki infeksi virus hepatitis C kronis, dengan sekitar 1,5 juta kasus infeksi baru terjadi per tahunnya.
Lembaga kesehatan internasional itu mencatat pada 2019 ada sekitar 290.000 orang yang meninggal karena penyakit ini.
Sebagian besar karena sirosis dan karsinoma hepatoseluler atau kanker hati primer.
HCV dapat menyebabkan hepatitis akut dan kronis, dengan tingkat keparahan mulai dari ringan hingga penyakit serius yang berpotensi dialami seumur hidup, termasuk sirosis hati dan kanker.
Baca juga: Baby A Suntik Vaksin Hepatitis B sebelum Pulang, Atta Halilintar: Golongan Darahnya Kayak Papanya
Lalu bagaimana seseorang bisa memiliki penyakit ini?
Virus Hepatitis C adalah virus yang ditularkan melalui darah dan sebagian besar proses infeksinya terjadi melalui paparan darah dari praktik injeksi atau suntikan yang tidak aman, perawatan kesehatan yang tidak aman, transfusi darah yang tidak disaring, penggunaan narkoba yang memakai jarum suntik, serta praktik seksual yang mengarah pada risiko penularan melalui darah.
Terkait pengobatannya, para pasien yang menderita Hepatitis C dapat diberikan obat antivirus yang diklaim mampu menyembuhkan lebih dari 95 persen orang dengan infeksi Hepatitis C.
Namun mirisnya, akses untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ini pun masih tergolong rendah.
Sementara itu menurut WHO, saat ini tidak ada vaksin yang memiliki efektivitas tinggi dalam melawan Hepatitis C.
Virus HCV dapat menyebabkan infeksi akut dan kronis yang biasanya tidak menunjukkan gejala (symptom) dan sebagian besar tidak menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa.
Sekitar 30 persen dari orang yang terinfeksi virus tersebut, secara spontan membersihkannya dalam waktu 6 bulan setelah mengalami infeksi tanpa menjalani pengobatan apapun.
Namun sisanya, yakni 70 persen orang berpotensi mengembangkan infeksi HCV kronis.
Diantara mereka yang mengalami infeksi HCV kronis, risiko sirosis pun dapat mencapai angka sekitar 15 hingga 30 persen dalam waktu 20 tahun.
Saat ini ada sederet negara yang concern terhadap penyakit ini, satu diantaranya Malaysia yang dikenal memiliki sub-sektor wisata medis.
Chief Executive Officer (CEO) Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC), Mohd Daud Mohd Arif mengatakan bahwa pemerintah Malaysia turut concern terhadap penyakit ini karena jumlah penderitanya cukup banyak di kawasan Asia Tenggara.
Sehingga penggabungan sektor kesehatan dan pariwisata yang selama ini dikenal sebagai 'wisata medis' Malaysia pun kini fokus pula pada upaya penanganan terhadap Hepatitis C.
Baca juga: Perusahaan Farmasi Kolaborasi dengan Universitas untuk Lakukan Edukasi Kesehatan ke 15.000 Apoteker
Hal inilah yang ia perkenalkan kepada pasien dari Indonesia yang selama ini menjadikan Malaysia sebaga negara destinasi wisata medis pilihan.
"Salah satu package (paket) yang ada dan ditawarkan rumah sakit (anggota Malaysia Healthcare) adalah berkaitan dengan Hepatitis C," ujar Daud, dalam press conference Malaysia Healthcare (MH) Expo 2022, di Pullman Jakarta Central Park, Jakarta Barat, Rabu (23/3/2022).
Ia kemudian menjelaskan bahwa penyakit ini disebut sebagai silent killer karena tidak menimbulkan gejala sehingga penderitanya tidak mengetahui bahwa sebenarnya ia memiliki penyakit ini.
=Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memeriksakan diri (screening) sejak dini demi mengetahui apakah mereka memiliki penyakit ini atau tidak.
"Hepatitis C ini adalah satu penyakit yang silent, karena tidak ada symptom (gejala) yang muncul pada tubuh anda. Tapi penyakit ini dapat merusak organ hati dan organ lainnya, penyakit ini disebutnya sebagai silent killer. Jadi ini suatu hal yang sangat penting yang perlu disadari oleh masyarakat," jelas Daud.
Di Asia, kata dia, sekitar 30 juta orang menderita penyakit ini sedangkan di Indonesia, jumlahnya sekitar 3 jutaan orang.
Namun ia menilai angka penderita Hepatitis C di Indonesia kemungkinan melebihi apa yang tercatat selama ini, karena banyak yang tidak menyadari kemunculan penyakit silent killer ini.
"Di Asia Tenggara kurang lebih 10 juta, di Indonesia kurang lebih kira-kira 3 juta orang. Mungkin saja lebih dari angka itu, tapi mereka tidak tahu (jika penyakit itu kemungkinan ada pada tubuh mereka)," papar Daud.
Demi mengantisipasi penyakit ini, Daud menyarankan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan sejak dini terkait kemungkinan mereka memiliki Hepatitis C.
Menurutnya, meningkatkan kesadaran masyarakat sangat penting untuk mencegah munculnya penyakit yang umumnya menyerang organ hati ini.
"Dan langkah pertamanya tentu saja (meningkatkan) kesadaran, 'jika anda tidak tahu bahwa anda memiliki penyakit ini, maka anda tidak akan melakukan perawatan'. Jadi periksakan diri anda dari sekarang, pergilah ke klinik kesehatan untuk memeriksa apakah ada Hepatitis C dalam tubuh anda," tutur Daud.
Perlu diketahui, terkait medical treatment penyakit ini, MHTC kini turut menghadirkan layanannya melalui kerja sama dengan 18 rumah sakit di seantero Malaysia, satu diantaranya Gleneagles Hospital Penang.
Beberapa rumah sakit itu pun turut dihadirkan dalam event Malaysia Healthcare (MH) Expo 2022 yang dihelat di Terra Atrium, Central Park Mall, Jakarta Barat, pada 24 hingga 27 Maret 2022, pukul 10.00 hingga 21.00 WIB.
"Pada pameran MH Expo 2022, kami menawarkan berbagai penawaran perawatan keswhatan terbaik dalam hal fertilitas, kardiologi, onkologi, hepatitis C dan masih banyak lagi," pungkas Daud.
Ada 10 rumah sakit anggota Malaysia Healthcare yang dipastikan hadir dalam event ini yakni Alpha IVF Group, yakni Alpha IVF Kuala Lumpur dan Genesis IVF Penang, Gleneagles Hospital Penang, Island Hospital Penang, KPJ Healthcare Berhad, Mahkota Medical Centre / Regency Specialist Hospital, Prince Court Medical Centre, Ramsay Sime Darby Healthcare, ReGen Rehab Hospital, Sunway Medical Centre dan Thomson Hospital Kota Damansara / TMC Fertility.
Lalu ada pula 4 perwakilan pariwisata Malaysia yang turut meramaikan event MH Expo 2022 di Jakarta yakni Tourism Malaysia, tourism Johor, Tourism Selangor dan Sarawak Tourism Board.
Perlu diketahui, pemerintah Malaysia akan kembali membuka perbatasannya pada 1 April 2022, setelah menganggap fase pandemi virus corona (Covid-19) mulai beralih menjadi fase endemik sehingga sub-sektor wisata medis yang selama ini dikenal sebagai salah satu penopang perekonomian negara itu pun kembali digaungkan untuk menggaet para wisatawan medis dari banyak negara, termasuk Indonesia.