Banyak Penyakit Bermunculan, Epidemiolog: Ulah Manusia Buat Dunia Semakin Rentan dan Rawan
Ahli Epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyebut saat ini kondisi dunia sudah rentan dan rawan. Banyak penyakit muncul.
Editor: Anita K Wardhani
![Banyak Penyakit Bermunculan, Epidemiolog: Ulah Manusia Buat Dunia Semakin Rentan dan Rawan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ilustrasi-hepatitis-akut-ilustrasi-anak-sakit.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Situasi pandemi covid-19 saat ini dalam kondisi yang melandai.
Namun di tengah situasi melandai muncul kembali penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya atau 'Acute Hepatitis of Unknown Aetiology'.
Hepatitis tergolong penyakit yang sudah lama keberadaannya akan tetapi sekarang bisa muncul kembali dan menjadi 'Outbreak' alias Kejadian Luar Biasa(KLB) di Eropa dan sudah terjadi banyak kasus di Indonesia.
Lalu mengapa penyakit-penyakit yang notabene sudah lama tersebut bisa muncul kembali saat ini.
Baca juga: Epidemiolog Ungkap Soal Pencegahan Penyakit Hepatitis Misterius hingga Potensi Jadi Pandemi
Baca juga: Masih Lakukan Kajian, IDAI Belum Keluarkan Rekomendasi Tunda PTM Terkait Munculnya Hepatitis Akut
Ahli Epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyebut saat ini kondisi dunia sudah rentan dan rawan.
Sehingga penyakit-penyakit yang lama bisa muncul kembali bahkan berpotensi menjadi pandemi baru.
"Kondisi saat ini secara global karena saya peneliti global health security bisa saya katakan dan saya sampaikan bukan hanya di media-media Indonesia tetapi media global ABC, BBC dan semua Eropa atau Amerika.
![Dalam beberapa pekan terakhir, muncul sejumlah kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya dan menyerang anak-anak.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ilustrasi-hepatitis-akut1.jpg)
Dunia saat ini rentan, dunia saat ini rawan semakin rentan dunia, kemudian yang artinya akibat atau konsekuensi dari rentannya dunia yang juga pada gilirannya asal muasalnya dari ulah manusia itu sendiri ini membuat the next pandemi the next wabah itu sulit dihindari, sulit dicegah," ujar Dicky saat berbincang dengan Tribun, Rabu(11/5/2022).
Menurut Dicky, perubahan iklim dan pemanasan global menjadi penyebab utamanya dan akan berdampak besar bukan hanya kepada lingkungan tapi pada akhirnya kepada kesehatan manusia.
Dampak pembangunan yang besar-besaran lanjut Dicky membuat ekosistem rusak dan pada gilirannya mengubah pola penyakit, menimbulkan kerentanan dan kerawanan.
Kemudian lanjutnya, jumlah virus yang mencapai ratusan ribu melakukan lompatan virus dari hewan ke manusia yang akhirnya berpotensi menjadi penyakit.
"Di luar sana di alam liar sana banyak sekali virus, ratusan ribu virus yang belum kita ketahui yang bisa menjadi penyakit dan wabah di manusia ketika kita rusak ekosistemnya habitatnya virus itu tidak mati. Virus mencari host baru dan host baru itu bisa pada hewan lain.
Akan tetapi ketika dia sekali lompat dan punya peluang untuk lompat lagi akhirnya pada gilirannya kedekatan hewan dan manusia ini yang masih terjadi. Jika tidak tertangani atau terjaga baik tidak ada sanitasi makanan dari hewan yang kuat dan paparan terjadi. Dan itulah cikal bakal terjadinya pandemi," kata Dicky.
Karena itu Sekretaris Dewan Pengawas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan pada 2016–2018 yang harus dilakukan dunia termasuk Indonesia saat ini adalah melakukan persiapan atau dunia menyebut Pandemic Preparedness Plan yang artinya kalau hal itu bisa dilakukan sejak awal akan menekan dampaknya sehingga ketika wabah berikutnya terjadi dampaknya tidak sebesar saat pandemi covid-19.
"Bisa kita deteksi lebih cepat, lebih awal, lebih tepat lebih kuat. Semua itu sebenarnya sudah ada toolsnya yaitu International Health Regulation(IHR) yang direvisi tahun 2005," ujar Dicky.
Akan tetapi sayangnya kata Dicky, secara implementasi banyak negara di dunia hanya menganggap aturan-aturan terkait kesehatan global tersebut formalitas belaka.
![Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/dicky-budiman22.jpg)
Bahkan, negara macam Amerika Serikat(AS) yang notabene peringkat pertama Global Health Security Index justru saat pandemi covid-19 paling menerima dampak besar, angka kematiannya juga salah satu yang terbanyak.
"Karena salah satu kelemahan dari tools itu adalah ketika dilakukan tes kesiapan evaluasi kesiapan itu sifatnya masih formalitas, jadi setiap negara cenderung menyampaikan yang baik-baik , yang lemah-lemahnya, yang bolong-bolognya enggak ketahuan ini yang harus kita perbaiki yang disebut preparedness itu harus benar-benar siap bukan siap di atas kertas atau formalitas tapi harus benar-benar siap," ujar Dicky.
Kata Dicky apabila seluruh negara di dunia melakukan langkah awal dengan menaati aturan kesehatan global tersebut maka bisa terhindar dari konsekuensi berat kemunculan penyakit-penyakit yang bisa menjadi pandemi baru.
"Jadi tidak basa basi lagi ini pengalaman saya di dua dekade ini kita masih menganggap, kita mengandalkannya pada keberuntungan justru ini yang berbahaya respon kita terhadap pandemi berikut tidak bisa mengandalkan keberuntungan lagi karena konsekuensi berat dan sudah semakin besar," ujar Dicky.(Willy Widianto)