Cara Mencegah Hepatitis Akut pada Anak, Rajin Cuci Tangan hingga Hindari Pakai Alat Makan Bersama
Hepatitis misterius pada anak merebak, para orang tua disarankan meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak 5 April 2022, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) melaporkan kejadian hepatitis akut ‘misterius’ yang menyerang anak-anak di berbagai belahan dunia.
Berdasarkan data kasus yang ada, penyakit hepatitis akut menimpa anak-anak dengan rentang usia mulai dari 1 bulan sampai 16 tahun terbanyak pada usia kurang dari 10 tahun.
Penyakit ini disebut misterius karena belum diketahui penyebabnya secara pasti dan dari kasus yang ada tidak ditemukan adanya bukti infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis A,B,C,D dan E sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut.
Baca juga: Antisipasi Penyebaran Hepatitis Akut di Indonesia, Berikut Imbauan dari Kemenkes
Baca juga: Pemerintah Bentuk Komite Ahli Hepatitis Akut
Pada saat ini, WHO menyatakan bahwa Hepatitis Akut yang Belum Diketahui Penyebabnya (Acute Hepatitis of Unknown Etiology) sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia sejak 15 April 2022.
WHO telah mencatat setidaknya 228 kemungkinan kasus hepatitis akut dari 20 negara.
Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI telah mengidentifikasi belasan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya dan telah melaporkan temuan tiga kasus kematian yang diduga akibat hepatitis akut ini dalam dua pekan hingga 30 April 2022.
Kementerian Kesehatan sampai saat ini masih melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui lebih lanjut penyebab dari penyakit ini.
Meski belum diketahui pasti penyebab penyakit tersebut, dokter spesialis anak dari Siloam Hospitals Yogyakarta, dr. Melna Agustriani Purba Msc, Sp.A., mengatakan bahwa diduga penularannya melalui saluran cerna yaitu masuk lewat mulut akibat makanan dan minuman atau tangan yang terkontaminasi kuman penyebab hepatitis akut.
Oleh karena itu masyarakat khususnya para orang tua disarankan meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan.
Baca juga: Misterius! Benarkah Hepatitis Akut Dampak Long Covid-19? Ini Fakta Hasil Tes PCR dan Hipotesa Ahli
Baca juga: Mengeluh Sakit di Perut, Orangtua Ungkap Kondisi Terakhir Anaknya Diduga Terinfeksi Hepatitis Akut
Langkah awal yang dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
"Sebagai langkah pencegahan, terutama pencegahan masuknya kuman dari saluran pencernaan, maka jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan benar, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu bersih dan matang, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain, serta menghindari kontak dengan orang yang sakit", ungkap dr. Melna Agustriani Purba Msc, Sp.A., dalam bincang sehat bertajuk "Waspada Hepatitis Akut pada Anak" melalui live Instagram, Rabu (11/05/2022) di kota Yogyakarta.
Selain itu, untuk mencegah risiko penularan penyakit melalui saluran pernafasan tetap dengan menerapkan protokol kesehatan seperti yang selama masa pandemi COVID-19 sudah kita terapkan yaitu dengan memakai masker dan menjaga jarak.
Peran Penting Orangtua
Upaya lainnya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah meluasnya penyakit hepatitis akut dan dampak buruk yang dapat ditimbulkan adalah pemahaman orang tua terhadap gejala awal penyakit Hepatitis Akut pada anak.
Dalam lanjutan edukasi yang digelar manajemen rumah sakit Siloam Yogyakarta tersebut, disebutkan secara umum gejala awal penyakit Hepatitis Akut adalah mual, muntah, diare dan sakit perut, serta dapat juga disertai demam.
Selanjutnya, dapat diikuti gejala kuning pada kulit dan mata serta air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna putih atau pucat seperti dempul.
Jika anak mengalami gejala-gejala tersebut, orang tua diminta segera memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.
"Akan lebih baik jika anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan pada tahap awal dan jangan menunggu hingga muncul gejala lanjutan seperti kuning pada kulit dan mata atau bahkan sampai muncul gejala berat seperti kejang atau penurunan kesadaran. Pencegahan adalah langkah terbaik", pungkas dr. Melna Agustriani Purba Msc, Sp.A.