Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kembangkan Inovasi dan Riset Perusahaan Farmasi Hindarkan Ketergantungan Impor Bahan Baku Obat

Di tengah perkembangan dunia kesehatan yang kian dinamis, penting mendorong riset dan inovasi, terutama di sektor kesehatan dan pengembangan obat.

Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Kembangkan Inovasi dan Riset Perusahaan Farmasi Hindarkan Ketergantungan Impor Bahan Baku Obat
Shutterstock
Jangan Asal Minum, Ini Tips Memilih Produk Herbal yang Aman untuk Daya Tahan Tubuh 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah perkembangan dunia kesehatan yang kian dinamis;
seperti munculnya berbagai sub varian COVID-19 hingga yang terbaru hepatitis akut pada
anak yang tidak diketahui etiologinya, mendorong pentingnya riset dan inovasi, terutama di
sektor kesehatan dan pengembangan obat-obatan.

Namun sayangnya, urgensi inovasi riset menghadapi dinamika zaman saat ini, kontradiktif dengan peringkat Indeks Inovasi Global Indonesia di tahun 2021 yang turun dua tingkat dari tahun sebelumnya yakni berada di peringkat ke-87 dari 132 negara.

Hal ini sangat disayangkan mengingat pentingnya riset inovasi tersebut yang sesuai dengan
strategi riset nasional dari pemerintah, di mana bidang kesehatan dan obat menjadi salah
satu dari 10 bidang prioritas di Rencana Induk Riset Nasional 2017-2045.

Baca juga: Kandungan Buah Mangga, Manfaat untuk Kesehatan, dan Tips Memilih Buah yang Manis

Baca juga: Muncul Hepatitis Akut, Anggota DPR Dorong Pemerintah Berdikari di Bidang Kesehatan Terutama Vaksin

Meski terjadi tren kenaikan program studi sains teknologi (prodi saintek), merujuk pada paparan Arah Kebijakan, Strategi, dan Indikator Pembangunan Bidang Pendidikan Tinggi Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020-2024 dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, komposisinya masih tertinggal dibandingkan sosial humaniora (soshum).

Menurut catatan Kompas (18/6/2021), komposisi prodi saintek pada 2021 mencapai 43 persen dan sosial humaniora (soshum) 57 persen dari total 29.618 prodi.

Namun, padaprogram S-1/D-4 soshum, jumlah mahasiswa mencapai 67,9 persen, sedangkan saintek hanya 32,1 persen.

Adapun di jenjang S-2/S-2 terapan hingga S-3 juga jumlah mahasiswa prodi soshum juga lebih banyak dibandingkan saintek.

Baca juga: Sederet Studi yang Sebut SARS-CoV-2 Jadi Akar Munculnya Hepatitis Akut pada Anak

Berita Rekomendasi

Director of Research & Business Development Dexa Group Dr. Raymond Tjandrawinata mengemukakan, sesuai arahan pemerintah menuju Indonesia 2045 dengan visi Indonesia akan menjadi negara maju sebagai kekuatan ekonomi nomor lima di dunia, dengan kualitas manusia yang unggul menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pembangunan perlu memadukan unsur inovasi dan investasi.

“Dalam arahan tersebut disebutkan, pengembangan inovasi dapat berbasis sumber daya alam yang disandingkan dengan teknologi digital agar tidak tertinggal dalam Revolusi Industri
4.0. Dalam hal ini, kami dari industri mencontohkan kontribusi para peneliti di industri
farmasi adalah pengembangan Green Pharmacy atau Obat Modern Asli Indonesia,” jelas Dr. Raymond.

Dengan adanya inovasi ini, Dr. Raymond mengemukakan, implementasi Green Pharmacy yang merupakan hasil inovasi dari perusahaan farmasi nasional dapat menjadi solusi atas ketergantungan impor bahan baku obat-obatan, sekaligus memadukan teknologi tinggi dalam proses riset hingga produksinya.

Inovasi untuk Bangsa

Sementara itu Corporate Affairs Director Dexa Group, Krestijanto Pandji mengungkapkan, pihak swasta memiliki peran penting dalam membentuk ekosistem riset dan inovasi untuk mendorong visi Indonesia menjadi negara yang maju dan tidak tergantung impor.

Karena itu pihaknya menggelar Dexa Award Science Scholarship atau DASS.

Sebuah kompetisi dalam rangka menjaring saintis atau ilmuwan terbaru yang tentunya dengan misi dan terobosan ilmiah baru.

“Karenanya kami menggelar Dexa Award Science Scholarship atau DASS sebagai gerakan
inisiatif Dexa Group untuk melahirkan saintis dengan terobosan-terobosan ilmiah baru. Pada
esensinya, program ini diarahkan untuk mencetak kader-kader saintis Indonesia di masa
depan yang mampu menggerakkan dan memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, serta
menghasilkan produk dalam bidang farmasi dan kesehatan yang bermanfaat untuk
kesehatan masyarakat Indonesia dan dunia, serta sebagai kontribusi nyata Dexa Group untuk
memperkuat Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia,” jelas Krestijanto.

Krestijanto juga menambahkan bahwa Dexa Award Science Scholarship merupakan
ajang beasiswa bergengsi di bidang penelitian kesehatan yang berlangsung sejak 2018 dan
berperan meningkatkan ekosistem penelitian sekaligus inovasi di Indonesia.

“Dexa sangat optimis di tahun 2022 ini antusiasme dari peminat DASS akan semakin tinggi.
Di tahun 2021 sebanyak 1.197 saintis muda telah mendaftar untuk mendapatkan beasiswa
DASS 2021. Melalui penyelenggaraan DASS yang ke-5 ini, kami kembali memanggil para
saintis muda untuk bersama-sama dengan Dexa Group mendukung ekosistem riset dan
inovasi melalui jenjang pendidikan tinggi S2,” kata Krestijanto.

Baca juga: Kemenkes Minta Fasilitas Kesehatan Tidak Lambat Rujuk Pasien Bergejala Hepatitis Akut Berat

Mengangkat tema “Inovasi untuk Bangsa”, DASS 2022 memberikan kesempatan bagi calon
peserta untuk mengajukan proposal riset terkait kesehatan manusia yang terbagi dalam
rumpun berikut:

1. Obat sintetik dan biologis, termasuk vaksin
Mencakup perancangan (in silico dan in vitro), rekayasa genetik, biosintesis atau
sintesis, pengujian potensi/aktivitas obat in vitro.

2. Obat berasal dari bahan alam/herbal
Mencakup skrining (in silico dan in vitro), proses ekstraksi dan produksi, pengujian
potensi/aktivitas obat in vitro.

3. Formulasi dan sistem penghantaran obat
Mencakup pengembangan bahan eksipien, teknik formulasi dan sediaan, sistem
penghantaran.

4. Analisis obat dan ketidakmurnian/pengotor
Mencakup pengembangan metode analisis dan/atau validasi untuk obat atau
pengotor.

5. Diagnostik
Mencakup pengembangan molekul, sistem, atau perangkat yang digunakan dalam
diagnosis suatu penyakit.

Baca juga: Kemenkes Minta Fasilitas Kesehatan Tidak Lambat Rujuk Pasien Bergejala Hepatitis Akut Berat

Sekilas Tentang Dexa Award Science Scholarship Program beasiswa DASS digagas atas ide mulia dari Founder Dexa Group (Alm) Rudy Soetikno.

Semangat pengabdian dan kontribusi beliau di bidang kesehatan ingin ditularkan kepada para generasi penerusnya melalui dukungan untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Gagasan ini kemudian diwujudnyatakan oleh Pimpinan Dexa Group Ferry Soetikno, Leader Dharma Dexa Ibu Gloria Haslim, dan Director of Research & Business Development Dexa Group Bapak Raymond Tjandrawinata sehingga melahirkan program Dexa Award Science Scholarship.

Program Dexa Award merupakan bentuk dukungan Dexa Group terhadap pendidikan, yang tidak hanya mencakup pendidikan S2 dengan Dexa Award Science Scholarship, tetapi juga bagi para lulusan apoteker hingga sekolah dasar.

Dukungan beasiswa terhadap apoteker telah berlangsung selama 11 tahun. Secara keseluruhan beasiswa pendidikan Dexa Group mencapai lebih dari 3.000 beasiswa baik dari tingkat sekolah dasar hingga pendidikan tinggi S2.

Dalam program DASS 2022, mahasiswa yang terpilih ide proposalnya sebagai pemenang,
akan mendapatkan apresiasi beasiswa S2 penuh pendidikan mencakup biaya SPP dan
tunjangan untuk menyelesaikan studi S2. Pemenang DASS juga bebas memilih kampus
akreditasi A di seluruh Indonesia dan memiliki kesempatan berkarir di Dexa Group.

Rangkaian program beasiswa DASS 2022 telah dimulai. Pembukaan pendaftaran DASS 2022
dibuka pada Senin, 9 Mei 2022 dan pendaftaran berakhir hingga Jumat, 3 Juni 2022. Siapkan
idemu dan wujudkan Inovasi untuk Bangsa!

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas