Studi di Inggris Klaim dapat Mengidentifikasi 'Tersangka Utama' Hepatitis Akut
Easterbrook menyampaikan tak satupun dari sampel hati di Inggris menunjukkan ciri khas yang mungkin terkait dengan peradangan hati karena adenovirus
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) telah mengganti Penasihat Kesehatan mereka pada 11 Mei lalu terkait penyelidikan terhadap wabah hepatitis akut yang menyerang kelompok anak-anak di seluruh dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan studi kasus-kontrol yang akan selesai pada pekan ini harus memberikan kejelasan lebih lanjut jika benar bahwa adenovirus atau virus corona (Covid-19) terkait secara kausal dengan kondisi misterius tersebut.
"Pada 5 Mei 2022, CDC dan mitra negara bagian sedang menyelidiki 109 anak-anak dengan hepatitis yang tidak diketahui penyebabnya di 25 negara bagian dan teritori, lebih dari setengahnya telah dites positif adenovirus dengan lebih dari 90 persen dirawat di rumah sakit, 14 persen dengan transplantasi hati, dan 5 kematian dalam penyelidikan," kata CDC AS.
Menurut laporan Medical Xpress, sekitar 18 persen kasus di seluruh dunia secara aktif juga dinyatakan positif Covid-19.
"Fokus besar selama pekan depan adalah melihat pengujian serologis untuk paparan sebelumnya dan infeksi Covid-19," kata Philippa Easterbrook dari program hepatitis global WHO dalam konferensi pers.
Dikutip dari laman Fox News, Selasa (17/5/2022), Easterbrook menyampaikan bahwa dalam sepekan, Inggris akan memiliki data pada studi kasus kontrol yang membandingkan apakah tingkat deteksi adenovirus pada anak-anak yang menderita hepatitis berbeda dari anak-anak lain yang dirawat di rumah sakit namun tidak memiliki penyakit hati.
Baca juga: Wantimpres Sambangi Wisma Atlet Kemayoran dan RSCM Pantau Perkembangan Covid-19 dan Kasus Hepatitis
"Itu akan sangat membantu mempertajam apakah adenovirus hanya infeksi insidental yang telah terdeteksi atau ada hubungan sebab akibat. Saat ini, hipotesis utama tetap melibatkan adenovirus, dengan masih mempertimbangkan peran Covid-19 juga, baik sebagai koinfeksi atau infeksi masa lalu," jelas Easterbrook.
Ia kemudian menambahkan bahwa pertanyaan mendasarnya adalah apakah ada pola karakteristik patologi hati pada pasien ini.
"Pola seperti itu mungkin terlihat pada stadium lanjut saat transplantasi hati dilakukan, atau kemungkinan lebih awal sebelum terjadi kerusakan hati parah, mengaburkan pola karakteristik sebelumnya," papar Profesor Klinis Kedokteran di Dartmouth Geisel School of Medicine, Dr. Daniel Lucey.
Jika pola patologi hati seperti itu telah ditemukan, kata dia, maka itu dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi etiologi hepatitis.
"Atau setidaknya berfungsi untuk memberikan pemersatu sindrom klinis-patologis sesegera mungkin," jelas Dr. Lucey.
Di sisi lain, Easterbrook menyampaikan bahwa tidak ada satu pun dari sampel hati di Inggris menunjukkan ciri khas yang mungkin terkait dengan peradangan hati karena adenovirus.
"Namun kami masih menunggu pemeriksaan biopsi lebih lanjut," tegas Easterbrook.
Karena adenovirus digunakan dalam beberapa vaksinasi Covid-19, satu teori di media sosial menunjukkan hubungan antara suntikan dan wabah hepatitis di Inggris, di mana sebagian besar kasus telah dilaporkan.
Namun adenovirus dalam vaksin ini adalah 'pengangkut yang tidak berbahaya yang telah dimodifikasi', sehingga tidak dapat mereplikasi atau menyebabkan infeksi.
"Tidak ada bukti kaitan apapun dengan vaksin Covid-19. Mayoritas kasus berusia di bawah 5 tahun, usia yang terlalu muda untuk menerima vaksin tersebut," kata Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA).
Sebelumnya, National Health Regulations United Kingdom International Focal Point kali pertama melaporkan 10 kasus hepatitis akut dengan etiologi yang tidak diketahui pada 5 April 2022.
"Ini terjadi pada anak-anak berusia 11 bulan hingga 5 tahun di Skotlandia pada 11 Mei, CDC Eropa melaporkan total 449 kemungkinan kasus di 27 negara, termasuk dari Eropa, Amerika Utara, Tengah dan Selatan serta Asia dan Timur Tengah," tutur Dr Lucey.
Baca juga: Benarkah Hepatitis Akut Disebabkan Adenovirus? Ini Penjelasan Ahli
Jumlah kasus tertinggi sejauh ini dipimpin Inggris sebanyak 163 kasus, kemudian AS 109 kasus, Italia 35, Spanyol 22, Brazil 16, Indonesia 15, Israel (12), Swedia 9 kasus, Argentina 8, serta Jepang dan Kanada yang memiliki masing-masing 7 kasus.
Menurut pernyataan UKHSA pada 12 Mei lalu, lebih dari 5 kasus hanya dilaporkan di 6 negara, sedangkan Inggris telah melaporkan kasus terbanyak di dunia, namun sejauh ini tidak ada anak yang meninggal di negara itu.
Hepatitis atau dikenal sebagai peradangan hati, umumnya disebabkan oleh virus, obat-obatan atau paparan bahan kimia tertentu.
"Sebagian besar anak-anak dalam kasus yang dilaporkan menunjukkan gejala gastrointestinal seperti muntah, diare, dan sakit perut. Gejala ini diikuti dengan perkembangan penyakit kuning," kata Profesor Pediatri di University of Texas Southwestern Medical Center, Dr. Norberto Rodriguez-Baez.
Penyakit kuning adalah saat kulit dan mata menguning karena hati kehilangan kemampuannya untuk membersihkan bilirubin secara benar.
"Menariknya, demam tidak digambarkan sebagai gejala umum dalam kasus ini. Selain itu, semua anak yang terkena hepatitis akut ini sebelumnya dalam kondisi sehat," jelas Dr Rodriguez-Baez.
Direktur Klinis dan Infeksi baru di UKHSA, Dr. Meera Chand mengatakan penting bagi orang tua untuk mengetahui bahwa kemungkinan anak mereka untuk terkena hepatitis sangat rendah.
"Namun kami terus mengingatkan semua orang untuk waspada terhadap tanda-tanda hepatitis, terutama penyakit kuning. Segera hubungi dokter anda jika merasa khawatir dengan kondisi anak anda," kata Dr. Chand.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.