Monkeypox Perlu Diwaspadai, Pakar Epidemiologi Beri Penjelasannya
Monkeypox atau cacar monyet memiliki gejala umum mirip penyakit cacar (smallpox), misalnya demam, ruam kulit yang melepuh menjadi lenting
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Monkeypox atau cacar monyet memiliki gejala umum mirip penyakit cacar (smallpox), misalnya demam, ruam kulit yang melepuh menjadi lenting.
Gejala tersebut juga disertai pembengkakan pada kelenjar getah bening di ketiak.
Pada 7 Mei pemerintah Inggris menotifikasi dan melaporkan pada Badan Kesehatan Dunia WHO terkait kasus cacar monyet.
Monkeypox ditemukan pada orang yang melakukan perjalanan dari Inggris ke Nigeria. Orang ini tinggal Nigeria dan kemudian kembali ke Inggris.
Baca juga: WHO Keluarkan Peringatan soal Munculnya Virus Monkeypox Mematikan di Inggris
Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman, sebetulnya kasus ini belum berat karena terdeteksi masih di awal dan cepat.
"Dan ini contoh bagaimana pentingnya masalah skrinning pintu masuk. Terutama pada pelaku perjalanan yang memiliki wabah terutama Afrika sebagian Asian dan Amerika latin
Hal ini yang menurutnya harus menjadi perhatian. Terutama di bandara, diperlukan skrinning khusus. Di sisi lain orang yang melakukan pemeriksaan harus dibekali dengan personal protektif.
"Kemudian ini caranya juga sama terkonfirmasi dari pemeriksaan PCR. Dan dari PCR nya pada Monkeypox ada bintil. Pada bintil bisa diambil cairan,"papar Dicky.
Di sisi lain Dicky mengatakan jika Monkeypox merupakan penyakit yang sangat jarang dan tidak umum. Monkeypox ini adalah penyakit pada hewan.
"Jarang sekali menginfeksi manusia sebetulnya. Kecuali kadang ditemukan daerah hutan di Afrika Barat atau Afrika Selatan," kata Dicky lagi.
Penularan dari Monkeypox secara epidemiologi adalah melalui kontak atau droplet. Sama seperti halnya Covid-19. Dalam artian bisa tertular melalui orang yang bersin atau batuk.
Baca juga: Wabah Cacar Monyet Terdeteksi di Amerika Utara dan Eropa, Diduga Menular Lewat Kontak Seks
Orang akan tertular karena menghirup droplet itu dengan masa inkubasi rata-rata bisa 1-2 minggu.
Ini sebetulnya penyakit yang umumnya bergejala ringan dan bisa sembuh sendiri dalam kurun waktu 2-3 minggu.
Tapi pada beberapa kasus gejala bisa lebih parah. Selain ada gangguan kulit, bisa pula karena gatal dan nyeri sekali. Kemudian ada masalah jika menimpa ibu hamil.
Bisa membuat keguguran atau pada beberapa kasus bisa saja pada anak menimbulkan gejala yang lebih parah.
"Nah itulah sebabnya kewaspadaan harus dibangun," tegas Dicky.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.