Lembaga PBB Protes, Liputan Penyakit Cacar Monyet Dikaitkan dengan Perilaku Kaum LGBT
Sebagian besar kasus Monkeypox baru-baru ini telah diidentifikasi diantara pria gay, biseksual, dan pria lain yang berhubungan seks dengan sesama pria
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Penularan virus monkeypox terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan, manusia, atau bahan yang terkontaminasi virus.
Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang rusak (walaupun tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).
Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran, persiapan daging semak, kontak langsung dengan cairan tubuh atau bahan lesi, atau kontak tidak langsung dengan bahan lesi, seperti melalui alas yang terkontaminasi.
Sementara penularan dari manusia ke manusia diperkirakan terjadi terutama melalui tetesan pernapasan yang besar.
Tetesan pernapasan umumnya tidak dapat berjalan lebih dari beberapa kaki, sehingga diperlukan kontak tatap muka yang lama.
Metode penularan dari manusia ke manusia lainnya termasuk kontak langsung dengan cairan tubuh atau bahan lesi, dan kontak tidak langsung dengan bahan lesi, seperti melalui pakaian atau linen yang terkontaminasi.
Reservoir host (pembawa penyakit utama) monkeypox masih belum diketahui meskipun hewan pengerat Afrika diduga berperan dalam penularan.
Langkah Pencegahan
Terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus monkeypox:
- Hindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi sarang virus (termasuk hewan yang sakit atau yang ditemukan mati di daerah di mana cacar monyet terjadi).
- Hindari kontak dengan bahan apa pun, seperti tempat tidur, yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit.
- Pisahkan pasien yang terinfeksi dari orang lain yang mungkin berisiko terinfeksi.
- Lakukan kebersihan tangan yang baik setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi. Misalnya, mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol.
- Gunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien. (Tribunnews.com/Farrah Putri)