Sejarah Hari Skizofrenia Sedunia 24 Mei 2022, Apa itu Skizofrenia dan Bagaimana Gejalanya?
Sejarah Hari Skizofrenia Sedunia 24 Mei 2022, apa itu Skizofrenia dan bagaimana gejalanya? Penderita Skizofrenia sering dipandang negatif oleh orang.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
Selain itu, banyak orang yang percaya skizofrenia sama dengan gangguan kepribadian ganda karena istilah tersebut berarti schizo (membelah) dan phren (pikiran).
Namun, psikiater Swiss Eugen Bleuler pertama kali menggunakan istilah 'skizofrenia' pada tahun 1911 untuk menekankan kebingungan mental dan keadaan terfragmentasi yang dialami banyak orang dengan kondisi tersebut.
Stigma sosial tentang skizofrenia tidak hanya dapat berbahaya bagi mereka yang didiagnosis dengan kondisi tersebut, tetapi juga masalah keamanan bagi banyak orang.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang dengan skizofrenia 14 kali lebih mungkin menjadi korban kejahatan kekerasan dibandingkan dengan mereka yang ditangkap sebagai pelaku.
Untuk lebih menggambarkan kurangnya kesadaran dan dukungan bagi mereka dengan skizofrenia, penelitian yang sama juga menemukan bahwa 31 studi tentang kekerasan dan gangguan jiwa berat sejak tahun 1990 berfokus pada pelaku kekerasan dibandingkan dengan 10 studi yang berfokus pada orang dengan gangguan jiwa berat sebagai korban kekerasan
Ini berarti, orang dengan gangguan kesehatan mental yang parah seperti skizofrenia lebih sering dipandang sebagai bahaya daripada korban.
Pola pikir ini telah dibawa turun-temurun, itulah sebabnya hari-hari seperti Hari Skizofrenia Sedunia penting untuk menyebarkan kesadaran.
Dengan cara yang sama, kita mendidik diri kita sendiri dan masyarakat tentang masalah kesehatan fisik seperti penyakit jantung, sama pentingnya untuk memulai percakapan tentang penyakit mental, bagaimana mengenalinya, dan pilihan pengobatan yang tersedia.
Baca juga: Rumah Berantakan Berdampak Buruk pada Kesehatan Mental
Gejala Skizofrenia
Menurut WHO, Skizofrenia ditandai dengan gangguan yang signifikan dalam cara realitas dirasakan dan perubahan perilaku yang berkaitan dengan:
1. Delusi persisten
Orang yang mengalami delusi persisten memiliki keyakinan tetap bahwa ada sesuatu yang benar, meskipun ada bukti yang bertentangan;
2. Halusinasi terus-menerus
Orang yang berhalusinasi secara terus menerus mungkin mendengar, mencium, melihat, menyentuh, atau merasakan hal-hal yang tidak ada;