Ketahui Tiga Gangguan Makan pada Remaja, Tak Hanya Berdamppak Fisik, Tapi Juga Psikososial
Selain anak-anak, remaja juga kerap mengalami gangguan makan. Hal itu dipengaruhi berbagai informasi tentang penampilan fisik yang dianggap ideal.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Selain anak-anak, remaja juga kerap mengalami gangguan makan.
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai sumber informasi mengenai tampilan fisik yang dianggap ideal oleh masyarakat yakni kurus, tinggi, dan langsing.
Demi mendapatkan bentuk tubuh yang ideal, para remaja mengalami gangguan makan (eating disorder).
“Kasus gangguan makan ini ada penyimpangan perilaku makan. Terjadi terus-menerus dan dalam periode waktu tertentu. Bentuk penyimpangannya bisa pada pola konsumsi dan penyerapan makanan,” ungkap Tiara Diah Sosialita MPsi Psikolog pada webinar beberapa waktu lalu.
Baca juga: Baik untuk Pencernaan, Ini 4 Manfaat Rutin Minum Teh Chamomile
Ia menjelaskan, secara karakteristik gangguan makan ditandai dengan perilaku makan tidak wajar yang seringkali disertai gangguan emosi. Penderita gangguan makan, bisa makan terlalu banyak atau terlalu sedikit.
“Mereka juga terobsesi pada berat badan dan bentuk tubuh yang biasanya disertai emosi-emosi negatif,” jelasnya.
Tiara menyebut, gangguan makan tidak hanya berdampak pada fisik namun juga kepada psikososial penderitanya.
Terdapat tiga jenis gangguan makan yang sering diasosiasikan dengan remaja yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan binge-eating (compulsive overeating).
1. Anorexia Nervosa
Penderita anorexia nervosa akan menghindari dan membatasi porsi makan secara berlebihan. Tubuh penderita cenderung menunjukkan penurunan berat badan. Namun demikian, si penderita menganggap tubuhnya tergolong gemuk.
“Ini yang menyebabkan penderita anorexia nervosa melakukan usaha-usaha untuk menurunkan berat badan. Mereka juga akan membatasi hubungan dan kegiatan sosial karena merasa cemas dan tidak nyaman dengan kondisi fisiknya,” tutur Tiara.
2. Bulimia Nervosa
Pada bulimia nervosa, penderita akan makan secara berlebihan untuk kemudian memuntahkannya kembali.
“Mereka akan mengonsumsi segala jenis makanan dalam porsi banyak dan kesulitan untuk berhenti makan namun di sisi lain mereka takut mengalami kenaikan berat sehingga biasanya akan ada kompensasi, secara sembunyi-sembunyi” jelas Tiara.
Tindakan-tindakan seperti memuntahkan makanan, meminum obat pencahar, dan olahraga berlebihan, lanjut Tiara, merupakan bentuk kompensasi dari konsumsi makanan yang tak terkendali.
Berbeda dengan anorexia nervosa, penderita bulimia nervosa cenderung mampu mempertahankan berat badan normal.
3. Binge-Eating (Compulsive Overeating)
Penderita binge-eating memiliki dorongan makan berlebihan yang tidak terkontrol. Tandanya ada keinginan makan secara banyak, terus-terusan, dan tidak terkendali.
Perilaku-perilaku tersebut biasanya akan diikuti dengan emosi negatif seperti malu dan perasaan bersalah. Remaja biasanya merasa tidak dapat mengontrol keinginan makan dan kalau ada yang melarang, mereka akan makan secara diam-diam meskipun tidak dalam kondisi lapar.
“Biasanya mereka makan untuk mengeluarkan emosi negatif mereka. Penderita biasanya memiliki berat badan berlebihan meskipun ada yang normal. Mereka pun tidak melakukan semacam kompensasi untuk menurunkan berat badan,” ungkap Tiara.