Uni Emirat Arab Laporkan 3 Kasus Monkeypox Lagi
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Uni Emirat Arab (UEA) mencatat 3 kasus tambahan cacar monyet (Monkeypox) di negara itu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, DUBAI - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Uni Emirat Arab (UEA) mencatat 3 kasus tambahan cacar monyet (Monkeypox) di negara itu.
Pernyataan ini disampaikan pada Senin waktu setempat, hampir sepekan setelah negara teluk itu mengumumkan kasus pertama virus tersebut.
Dikutip dari laman Reuters, Senin (30/5/2022), kementerian itu tidak mengungkapkan terkait rincian tentang individu yang terinfeksi.
Baca juga: WHO: Monkeypox Timbulkan Risiko Sedang bagi Kesehatan Global
Sementara itu, kasus pertama merupakan seorang wanita berusia 29 tahun yang mengunjungi UEA dari Afrika Barat.
Sebelumnya, negara lain seperti Israel telah mengkonfirmasi kasus kedua virus cacar monyet (Monkeypox) yang langka, pada seorang pria berusia 30 tahun yang baru saja kembali dari perjalanan ke luar negeri.
Pria itu dirawat di rumah sakit Pusat Medis Sheba di Tel Aviv pada Jumat lalu, dan pulang ke rumah setelah beberapa saat.
Ia pun dipastikan terinfeksi virus itu pada Sabtu kemarin.
Infeksi baru pun muncul lebih dari sepekan setelah Israel menemukan kasus pertama virus tersebut.
Sementara infeksi kedua ditemukan pada seorang pria berusia 30-an yang telah kembali dari perjalanan ke Eropa Barat.
Pekan lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Israel mengumumkan bahwa dua kasus tambahan yang dicurigai telah dikesampingkan oleh dokter.
Sedangkan untuk gejala penyakit ini termasuk diantaranya demam, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, kedinginan, kelelahan dan ruam seperti cacar air pada bagian tangan dan wajah.
Sejak Inggris melaporkan kasus pertamanya pada 7 Mei lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melaporkan 200 kasus di beberapa negara di seluruh dunia.
Baca juga: WHO: Hampir 200 Kasus Cacar Monyet Telah Dilaporkan di Lebih dari 20 Negara
Perlu diketahui, virus ini endemik di wilayah Afrika Barat dan Tengah.
Berbicara kepada Majelis Kesehatan Dunia pada Jumat lalu, Direktur Departemen Pandemi dan Penyakit Epidemi WHO, Sylvie Briand mengatakan para ahli tidak mengetahui apakah wabah telah mencapai 'puncak gunung es.
"Kita tidal tahu apakah ada lebih banyak kasus yang terjadi, tidak terdeteksi di masyarakat," kata Briand.
Sambil terus memperingatkan bahwa kemungkinan akan ada lebih banyak kasus yang terjadi, ia pun meminta masyarakat untuk tidak panik.
"Itu bukan penyakit yang harus dikhawatirkan masyarakat umum. Bukan Covid-19 (virus corona) atau penyakit lain yang menyebar secara cepat," pungkas Briand.