Apakah Cacar Monyet Bisa Sebabkan Bekas Luka Keloid?
Bintik-bintik ini akan secara bertahap berubah menjadi lepuh berisi nanah yang pada akhirnya berkeropeng dan rontok
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Virus cacar monyet (Monkeypox) merupakan penyakit virus langka yang menyebabkan ruam yang mirip dengan cacar air dan dapat menyebabkan bekas luka keloid.
Meskipun sebagian besar penyakit ini ditemukan di daerah Afrika Barat dan Tengah, dunia telah melihat kasus Monkeypox ini menyebar ke seluruh Eropa hingga Australia dan Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari laman www.openaccessgovernment.org, Selasa (7/6/2022), infeksi dapat menyebar melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi dan dari orang ke orang, seperti berhubungan seks dengan individu yang terinfeksi.
Gejala Monkeypox termasuk diantaranya demam, membengkaknya kelenjar getah bening dan ruam yang khas, namun ini berbeda dengan cacar air.
Baca juga: Badan Kesehatan Amerika Tingkatkan Status Cacar Monyet ke Level 2, Sarankan Masyarakat Pakai Masker
Biasanya gejala ruam muncul 1 hingga 5 hari setelah gejala pertama.
Gejala ini sering dimulai pada bagian wajah, namun dapat menyebar ke anggota tubuh lainnya dan alat kelamin.
Bintik-bintik ini akan secara bertahap berubah menjadi lepuh berisi nanah yang pada akhirnya berkeropeng dan rontok.
Baca juga: Menkes Pastikan di Indonesia Belum Ada Kasus Cacar Monyet
Kendati demikian, dalam beberapa kasus, timbul jaringan parut dan bekas luka keloid.
Lalu apa itu bekas luka keloid?
Bekas luka keloid merupakan bekas luka yang membesar dan menonjol, sering kali berwarna merah muda, merah, serupa dengan kulit atau lebih gelap dari kulit di sekitarnya.
Keloid bentuknya tidak beraturan dan biasanya dapat ditemukan di daun telinga, bahu, pipi atau dada, umumnya terjadi karena trauma kulit ringan, seperti jerawat, tindik atau tato.
Baca juga: Menkes Pastikan di Indonesia Belum Ada Kasus Cacar Monyet
Dalam beberapa kasus, keloid muncul secara acak dan tanpa adanya kerusakan kulit sebelumnya.
Beberapa orang rentan terkena keloid, oleh karena itu, mereka harus menghindari segala jenis operasi atau tindik yang dapat merusak kulit.
Keloid dapat berkembang setelah kerusakan kulit yang sangat kecil, seperti bintik jerawat atau tindik, dan menyebar ke luar area kerusakan kulit asli.
Bekas luka keloid mungkin akan terasa gatal dan menyebabkan ketidaknyamanan serta tekanan emosional pada mereka yang mengalaminya.
Perawatan pun tersedia untuk menghilangkan keloid seperti pembedahan atau suntikan steroid, namun tidak ada jaminan bahwa keloid tidak akan tumbuh kembali.
Lalu bagaimana Monkeypox dapat menyebabkan jaringan parut?
Ribuan luka yang muncul pada tubuh merupakan sesuatu yang tidak ingin dialami oleh siapapun.
Baca juga: Inggris Konfirmasi Penularan Komunitas Cacar Monyet
Saat keropeng itu terlepas, maka tentunya akan meninggalkan bekas.
Dokter Umum di Somerset, Dr Phil Whitaker mengatakan bahwa setelah masa inkubasi hingga 3 minggu, orang yang terkena Monkeypox akan mengembangkan sindrom seperti flu disertai demam, nyeri otot dan pembengkakan kelenjar getah bening.
"Setelah beberapa hari, ruam pun berkembang dengan lepuh kecil yang disebut vesikel, biasanya dimulai pada bagian kepala dan menyebar ke seluruh tubuh. Sama seperti cacar air, ini bisa meninggalkan bekas luka setelah sembuh," kata Dr Whitaker.
Sementara itu seorang Ahli Epidemiologi di University of East Anglia, Profesor Paul Hunter menyampaikan bahwa saat lesi cacar ini mulai pecah, maka akan ada infeksi bakteri sekunder yang umumnya menyebabkan jaringan parut.
Sedangkan Andrea McCollum dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menilai bahwa selain kemungkinan jaringan parut keloid, penderita Monkeypox yang memiliki kulit lebih gelap juga dapat mengalami hiperpigmentasi setelah lesi sembuh.