Lansia Rentan Alami Kanker Darah, Sering Kali Tak Menunjukkan Gejala Spesifik
Pemahaman mengenai bahaya kanker darah untuk usia lanjut sangat diperlukan. Terlebih dengan adanya laju pertumbuhan lansia yang lebih cepat.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan bahwa dunia harus bersiap menghadapi masyarakat yang menua.
Hal ini dikarenakan 2015 dan 2050, proporsi populasi dunia di atas 60 tahun akan naik hampir dua kali lipat dari 12 % menjadi 22 % .
Pada tahun 2030, 1 dari 6 orang di dunia akan berusia 60 tahun atau lebih.
Jumlah orang berusia 80 tahun atau lebih diperkirakan tiga kali lipat antara tahun 2020 dan 2050 mencapai 426 juta. Cepatnya laju penuaan memunculkan satu tantangan besar.
Tantangannya, yaitu memastikan kesiapan sistem kesehatan dan sosial. Penuaan merupakan dampak dari kerusakan molekul dan sel tubuh dari waktu ke waktu. Mengakibatkan peningkatan risiko penyakit dan kematian.
Baca juga: 10 Tahun Lalu Jalani Pengobatan Inovatif untuk Leukemia, 2 Pasien Kanker Darah Dinyatakan Sembuh
Indonesia yang merupakan negara dengan populasi terbanyak keempat di dunia juga harus bersiap menghadapi naiknya jumlah penduduk berusia lanjut yang diperkirakan akan sebesar 11 % pada tahun 2035.
Di sisi lain, menurut Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2018, angka kematian di Indonesia didominasi oleh penyakit tidak menular (PTM).
Diantaranya kanker, stroke, penyakit ginjal, penyakit sendi, DM, penyakit jantung, hipertensi, dan obesitas. PTM menunjukkan tren peningkatan dibandingkan laporan sebelumnya pada tahun 2013.
Dan berfungsi untuk memasok oksigen, nutrisi, hormon, dan antibodi ke seluruh tubuh. Penyebab kanker disebabkan oleh disfungsi dalam pertumbuhan sel.
Dalam tubuh yang sehat, sel darah putih baru secara teratur dihasilkan untuk menggantikan yang lama dan rusak. Namun pada pasien kanker darah terjadi produksi atau pertumbuhan sel darah yang berlebihan.
Di negara yang lebih maju, jumlah total kasus baru kanker darah yang terjadi pada orang berusia 70 tahun atau lebih, mewakili 45 % dari total kasus.
Keganasan ini terkait erat dengan usia dan tingkat insiden meningkat secara eksponensial setelah usia 50 tahun.
Menanggapi situasi ini, PT. Johnson & Johnson Indonesia mengadakan webinar bagi para media bertemakan “Sayangi Lansia Kita dengan Deteksi Dini Kanker Darah”.
Acara ini merupakan kelanjutan dari kampanye serupa yang dilakukan sejak tahun 2021.
Pemahaman mengenai bahaya kanker darah untuk usia lanjut sangat diperlukan. Terlebih dengan adanya laju pertumbuhan lansia yang lebih cepat.
Dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM dalam pemaparannya menjelaskan bahwa penyakit kanker darah dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu Limfoma, Leukemia dan Mieloma Multipel.
“Penyebab pasti penyakit kanker darah sampai saat ini masih belum diketahui, tetapi bersifat multi faktor Salah satu mekanisme yang diduga terkait adalah penurunan imunitas adaptif yang berhubungan dengan penambahan usia," paparnya pada keterangan resmi, Jumat (10/6/2022).
Risiko mengalami kanker darah akan meningkat pada usia lanjut. Beberapa gejala yang dianggap sebagai gejala alarm, yaitu demam yang berulang dan penurunan berat badan yang sulit dijelaskan.
Diagnosis pasti penyakit kanker darah akan ditegakkan oleh dokter ahli hematologi dan onkologi medis.
Head of Medical Affairs dari PT Johnson & Johnson Indonesia, dr. Rospita Dian mengatakan jika kesadaran akan penyakit kanker darah pada umumnya belum setinggi pada penyakit kanker organ padat.
Kanker darah yang sering menyerang lansia seringkali tidak menunjukkan gejala atau tanda yang spesifik, sehingga berpotensi terjadi keterlambatan diagnosis.
"Dengan demikian, deteksi dini sangat penting untuk mendapatkan pengobatan sejak dini serta pemantauan berkala untuk mengoptimalkan keberhasilan terapi," kata dr Rospita.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.