Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kematian Akibat Penyakit Jantung Terus Meningkat, Bisakah Dicegah Sedini Mungkin?

Diprediksi akan terjadi kematian akibat PKV atau penyakit jantung sebanyak 23 juta per tahun pada tahun 2030 dan akan menjadi penyebab kematian utama.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Kematian Akibat Penyakit Jantung Terus Meningkat, Bisakah Dicegah Sedini Mungkin?
Shutterstock
Ilustrasi.Kematian Akibat Penyakit Jantung Terus Meningkat, Bisakah Dicegah Sedini Mungkin? 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penyakit kardiovaskular (PKV) yang juga kerap disebut penyakit jantung menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia yang umumnya di negara berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia.

Diprediksi akan terjadi kematian akibat PKV atau penyakit jantung sebanyak 23 juta per tahun pada tahun 2030 dan akan menjadi penyebab kematian utama.

Baca juga: Gejala dan Penyebab Pembengkakan Jantung: Stres hingga Kehamilan

Saat ini terdapat sekitar 17 juta kematian per tahun akibat PKV dan merupakan 31 persen dari seluruh total kematian di dunia.

Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Sukman Tulus Putra, SpA(K), FACC, FESC memaparkan, secara umumnya, kejadian klinis PKV terjadi pada usia sebelum umur 6o tahun.

Namun proses pathogenesis aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular terjadi sejak usia dini terutama pada masa anak dan masa remaja.

Meski demikian, faktor risiko kardiovaskular sudah dapat dideteksi pada masa anak dan remaja untuk menurunkan risiko PKV pada usia dewasa.

Baca juga: Apa Saja Komplikasi Diabetes? Penyakit Kardiovaskular hingga Alzheimer

BERITA REKOMENDASI

Menurut WHO di Indonesia tahun 2016, penyakit jantung merupakan 35 persen dari seluruh kematian yang jumlahnya 1.863.000, disusul dengan kanker (12 persen) dan penyakit tidak menular lainnya.

Dokter Sukman mengatakan, meskipun belum ada penelitian epidemiologis yang menyeluruh di Indonesia, namun beberapa penelitian pada anak-anak sekolah menunjukkan tingginya faktor risiko kardiovaskular pada anak.

"Identifikasi dan intervensi terhadap faktor-faktor tersebut pada anak dan remaja merupakan upaya untuk mencegah dan menurunkan kejadian PKV termasuk penyakit jantung koroner," ujarnya seperti dikutip dalam keterangan yang diterima, Senin (11/7/2022).

Faktor Risiko

Dalam hal PKV yang penyebabnya akibat proses aterosklerosis maka makin banyak terdapat faktor risiko akan makin tinggi angka morbiditas dan mortalitas akibat PKV.

Faktor risiko kardiovaskular dikelompokkan dalam 3 kelompok, yakni:

Ilustrasi serangan jantung.
Ilustrasi serangan jantung. (Shutterstock)

1. Faktor risiko yang dapat diubah (modifiable/ changeable), disebut juga sebagai faktor risiko tradisional meliputi hiperlipidemia, obesitas, inaktivitas/sedentary, diabetes mellitus, merokok dan hipertensi.

2. Faktor risiko intrinsik meliputi genetik, lingkungan dan suscestibility.

Baca juga: Kantor Kesehatan Haji Indonesia di Makkah Layani Sedikitnya 10 Pasien Jantung Setiap Hari

3. Serta faktor risiko yang baru muncul (emerging risk factors) meliputi inflamasi/infeksi sistemik, sitokine, CRP dan homosistein.

Pencegahan

Terdapat 3 fokus utama yang dapat mencegah faktor risiko kardiovaskular pada anak dan remaja dari aspek promosi kesehatan yakni: nutrisi aktivitas fisik, dan paparan tembakau (rokok).

Nutrisi sejak bayi berupa pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan ternyata anak tersebut di sekolah lanjutan atas (remaja) mempunyai ketebalan tunika intima media arteri karotis lebih tipis dan berbeda secara bermakna dibandingkan pada remaja yang pada masa bayi minum susu formula atau ASI kurang dari 4 bulan. Hal ini membuktikan bahwa nutrisi yang baik anak sejak usia dini dapat mengurangi risiko terjadinya PKV akibat aterosklerosis di kemudian hari.

Upaya dalam menurunkan kurva wabah virus Corona (Covid-19) dan juga Demam Berdarah Dengue (DBD), pemerintah mengimbau masyarakatnya tetap berada di rumah. 

Jesslyn Darmadi, Co-founder Everydaycplus, memberikan sejumlah kiat. Apa saja? 
1. Berjemur matahari pagi
2. Olahraga cukup 
3. Tingkatkan sistem kekebalan imun dengan      mengonsumsi vitamin alami dari buah dan      rempah-rempahan, yang mengandung jahe      dan temulawak seperti jamu Jokowi yang      diperoleh dari @everydaycplus 
4. Makan makanan bergizi dan higienis lahan     rumah
5. Hindari keramaian pasar, online shop untuk     sayur dan buah-buahan melalui instagram     @Panenabnormal sambil membantu aksi     mengurangi sampah buah
6. Istirahat yang cukup
7. Jaga kebersihan pribadi dan ruangan.     Pastikan udara bersih. Sediakan hand     sanitizer dan room disinfectant seperti     @Yarukiofficial untuk mengeliminasi kuman     penyebab penyakit
8. Jangan lupa menjaga jarak fisik dengan     orang tua,  karena perlu dipahami sistem     kekebalan immune nya berbeda dengan     anak muda.
Dibantu dengan beragam teknologi dan moda tranportasi online, kini home quarantine atau mengisolasi diri bukanlah hal yang menyeramkan. 

Online platform seperti Instagram memudahkan online shop untuk berinteraksi dengan customer. Ini turut didukung oleh marketplace online lainnya seperti Tokopedia dan Shopee. TRIBUNNEWS.COM/IST/FX ISMANTO
TRIBUNNEWS.COM/IST/FX ISMANTO (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/IST/FX ISMANTO)

Sementara itu, aktivitas anak yang kurang (sedentary lifestyle) dan paparan terhadap tembakau yang berlebihan telah banyak dibuktikan dapat meningkatkan risiko PKV khususnya penyakit jantung koroner yang saat ini menjadi penyebab kematian utama tertinggi di Indonesia..

“Deteksi faktor risiko kardiovaskular melalui uji tapis pada usia anak dan remaja dan strategi untuk melakukan intervensi merupakan kunci utama dalam menurunkan angka kejadian PKV di usia dewasa dan lanjut," imbuh Ketua Purna Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.

Sehingga diperlukan strategi dan langkah yang kongkrit dengan melibatkan semua sektor terkait dari sektor kesehatan, pendidikan, organisasi profesi dan masyarakat itu sendiri.

Berikut adalah tips menjaga kesehatan jantung sejak dini dari Spesialis kardiologi anak dan juga Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) –

1. Aktif Bergerak
Ajak anak untuk berolahraga ringan dimulai dari jalan kaki Bersama, bersepeda, berenang, ataupun bermain di luar ruang terbuka.

2. Bersikaplah positif
Jadikan kesehatan jantung menyenangkan dengan memasukkan permainan ke dalam aktivitas keluarga Anda atau berjalan-jalan ke taman untuk piknik makan malam yang sehat.

3. Batasi waktu menonton atau di depan komputer
Waktu menonton yang berlebihan menyebabkan gaya hidup yang tidak banyak bergerak dan mengudap terus-menerus, yang meningkatkan risiko obesitas dan penyakit kardiovaskular. Batasi waktu menonton TV, komputer, dan telepon hingga dua jam setiap hari.

4. Lakukan pemeriksaan rutin sedari dini
Sejak lahir, kesehatan jantung bayi sudah bisa dimonitor secara rutin melalui Echo kardiografi atau Echo Jantung. Alat ini dapat mendeteksi secara dini apabila terdapat kelainan pada jantung anak sehingga bisa dilakukan pencegahan atau penanganan sedari awal. Konsultasikan lebih jauh dengan dokter anak Anda untuk memantau indikator kardiovaskular seperti BMI, tekanan darah, dan kolesterol.

5. Atur menu makan sehat anak
Utamakan asupan protein hewani untuk cegah stunting dan agar pertumbuhan anak optimal. Batasi seminimal mungkin snack junk food yang tinggi gula dan tinggi karbohidrat cepat serap untuk mencegah obesitas dan sindrom metabolik

6. Periksa asupan garam dan MSG
Hindari makanan olahan dan jauhkan tempat garam dan MSG dari meja makan.

7. Bersikaplah realistis
Tetapkan tujuan dan batasan yang realistis. Langkah-langkah kecil dan perubahan bertahap dapat membuat perbedaan besar dalam kesehatan anak Anda dari waktu ke waktu, jadi mulailah dari yang kecil dan tingkatkan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas