Brawijaya Hospital Depok Terus Rawat Warga yang Terinfeksi Virus Covid-19
Brawijaya Hospital Depok masih menerima pasien yang terinfeksi Covid-19 dan menyediakan ruangan khusus yang berada di lantai lima.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Brawijaya Hospital Depok masih menerima pasien yang terinfeksi Covid-19 dan menyediakan ruangan khusus yang berada di lantai lima untuk pasien Covid-19.
"Jumlahnya memang sedikit, paling hanya sekitar satu, dua atau tiga pasien Covid-19 yang memang membutuhkan perawatan yang biasanya membutuhkan 7-10 hari karena gejala sedang sesuai aturan pemerintah ," ucap dr Aru Ariadmo SpPd KGEH di sela-sela acara Clients Gathering di Jakarta belum lama ini.
Pihak rumah sakit tak pernah menolak pasien mengingat Kota Depok menjadi salah satu wilayah yang rawan terkait penularan virus corona karena Jawa Barat menjadi salah satu penyumbang kasus Covid-19 terbesar.
"Ini salah satunya dipicu tingginya mobilitasnya warganta yakni kerja di Jakarta dan pulang pergi dengan berbagai kendaraan umum, sehingga tingkat penyebarannya cukup besar meskipun dengan subvarian Omicron terbaru ini BA.4 dan BA.5 ini," ungkap dia.
Clients Gathering ini menjadi ajang silaturahmi para stakeholder, sekaligus juga untuk memperkenalkan layanan unggulan yang tersedia di Brawijaya Hospital Depok.
Direktur Brawijaya Hospital Depok, drg. Hestiningsih MARS mengatakan, saat ini rumah sakit bisa melayani secara advance bagi penanganan stroke dan kecelakaan kerja (trauma center), serta sudah bisa melakukan CT Scan sehingga pasien tidak perlu lagi dirujuk ke rumah sakit tertentu.
"Tentunya di dukung dengan kerjasama yang baik kami dengan perusahaan asuransi ketenagakerjaan, juga asuransi kesehatan swasta," ungkap Hesti.
RS memiliki layanan Interventional Pain Management (IPM), saat ini bisa menjadi salah satu solusi bagi penanganan kasus pengapuran tulang belakang dan pengapuran pada lutut.
Layanan yang sudah diterapkan di Brawijaya Hospital Depok ini, menjadi metode terapi yang banyak diminati oleh pasien yang mengalami gangguan orthopedi dan saraf kejepit.
Juga layanan Fetomaternal adalah sub spesialisasi dari bagian kandungan dan kebidanan (obstetri dan ginekologi). Sub spesialisasi ini berfokus pada deteksi dan mendignosis kelainan pada fetal (janin) dan maternal (ibu).
Baca juga: Wapres Dukung Komitmen Penuh Universitas Brawijaya Raih Reputasi Internasional
Sedangkan layanan Laparoskopi menjadi alternative pembedahan minimal invansif. Metode bedah yang sering disebut dengan operasi lubang kunci ini, hanya membutuhkan sayatan kecil pada perut sekitar 3-4 sayatan kecil.
"Secara estetik, metode Laparoskopi tidak menimbulkan guratan yang berarti pada perut pasien. Tak heran jika metode Laparoskopi kini menjadi trend operasi saat ini," kata Hesti.
Endoskopi adalah prosedur pemeriksaan yang bertujuan untuk melihat kondisi organ tubuh tertentu secara visual, dengan alat khusus yang disebut endoskop.
Selain itu, endoskopi juga dapat digunakan sebagai prosedur pembedahan. Alat berupa selang lentur yang dilengkapi dengan kamera pada ujungnya ini akan dimasukkan ke dalam tubuh melalui lubang dari saluran, seperti mulut, anus, serta lubang kencing atau melalui sayatan kulit yang dibuat khusus untuk endoskopi.