Ketahui Gejala Khusus Penyakit TBC pada Anak
TBC tidak hanya melanda orang dewasa. Anak-anak juga punya potensi yang sama terserang penyakit tersebut.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan mencatat Indonesia menempati urutan ketiga untuk penyakit Tuberkolosis atau TBC setelah India dan China.
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga punya potensi yang sama. Lantas gejala khusus apa yang muncul pada anak pada penyakit TBC ini?
Menurut Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro, ada beberapa gejala khusus yang muncul ketika anak mengalami gejala TBC.
Pertama, gejala paling umum yang muncul adalah ditemukan penurunan berat badan.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan berat badan yang tidak naik selama dua bulan terakhir tanpa diketahui alasan yang pasti.
"Misalnya, tidak ada gangguan makan, penolakan makan, tidak ada muntah-muntah," ungkapnya pada siaran Radio RRI, Kamis (18/8/2022).
Baca juga: 6 Gaya Hidup Buruk Ini Ternyata Bikin Kamu Mudah Kena TBC
Kemudian gejala lain yang kedua adalah muncul demam dan sudah berjalan lama. Bahkan bisa mengalami demam lebih dari dua minggu. Atau, bisa juga terjadi demam berulang tanpa sebab yang jelas. Suhu tidak terlalu tinggi, tapi terus alami demam.
Ketiga, ditemukan batuk yang lama, bahkan lebih dari dua minggu. Semakin lama, batuk pun bertamabah parah.
Biasanya, setelah diberikan obat-obatan oleh dokter kondisi tidak semakin membaik.
"Jika ada gejala ini, patut dicurigai anak berkemungkinan mengalami Tuberkolosis paru-paru," kata dr Reisa lagi.
Gejala keempat adalah ditandai dengan anak bertambah lesu. Gejala ini tentunya akan berdampak pada tumbuh kembang anak.
Beberap gejala di atas membuat orangtua harus meningkatkan kehati-hatian. Apa lagi jika anak bel menerima vaksin khusus TBC sebelumnya, yaitu vaksin BGC atau Bacillus Calmette–Guérin.
Selain itu, orangtua juga harus hati-hati pada anak-anak yang miliki daya tahan tubuh rendah. Misalnya usia anak masih sangat kecil. Kemudian balita, karena berisiko sakit TBC yang lebih tinggi dibandingkan kelompok umur lainnya.
Kemudian perlu diwaspadai pada anak-anak yang memiliki gizi buruk atau stunting. Begitu pun pada anak-anak yang memiliki penyakit lain seperti HIV, kanker, Diabetes Melitus atau sakit gula. Kelompok berisiko di atas benar-benar harus diperhatikan.
"Apa lagi kalau anak ini punya riwayat kontak erat dengan pasien TBC lainnya. Misalnya tinggal bersama pengasuh, supir, atau lingkungan sekolah yang ternyata ada orang yang terinfeksi," pungkasnya.