Muncul Demam Lassa di Nigeria, Bisakah Berdampak hingga ke Indonesia? Begini Penjelasan Ahli
Demam lassa disebabkan oleh virus yang melompat dari hewan pengerat ke manusia. Lassa diidentifikasi sebagai wabah yang cukup mengkhawatirkan.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nigeria saat ini banyak menerima laporan mengenai kasus Lassa Fever atau demam lassa.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang melompat dari hewan pengerat ke manusia. Lassa diidentifikasi sebagai wabah yang cukup mengkhawatirkan.
Namun apakah demam Lassa bisa berdampak hingga ke Indonesia?
Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyebutkan jika demam Lassa serupa demam berdarah karena bisa menyebabkan pendarahan. Untuk gejala pun kerap disangkakan sebagai penyakit Tifus atau Malaria.
"Sumber penularan Lassa berasal dari tikus. Jadi kotoran tikus dan kencing mencemari makanan yang dikonsumsi manusia. Akhirnya, manusia dapat terinfeksi. Berbeda dengan DBD yang disebabkan nyamuk. Sedangkan Lassa dipicu karena tikus," ungkapnya pada Tribunnews, Kamis (18/8/2022).
Demam Lassa, kata Dicky saat ini berkembang menjadi endemi di Afrika khususnya Nigeria. Dan demam Lassa ini bisa berdampak fatal dan bersifat mematikan.
Selain itu demam Lassa juga berpotensi menjadi epidemi di wilayah atau kawasan yang memang buruk sanitasi. Terutama pada masyarakat dengan lingkungan yang belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Baca juga: Virus Langya Menginfeksi 35 Orang di China, Pasien Tunjukkan Gejala Demam hingga Myalgia
Namun menurut Dicky, demam Lassa kecil kemungkinan bisa memberikan dampak yang cukup signifikan bagi Indonesia.
"Untuk berdampak ke Indonesia sejauh ini masuk kecil potensinya. Zaman dulu mungkin bisa, karena tikus bisa masuk dari kapal laut lalu melakukan perjalanan ke sebuah negara. Saat ini, setiap orang bepergian menggunakan pesawat jika perjalanan jarak jauh," katanya lagi.
Karenanya, untuk menyebar ke luar Afrika memiliki potensi yang relatif kecil. Tapi bukan berarti ini wabah ini tidak ada terjadi di Indonesia.
"Sekali lagi bicara karakter Afrika, Asia khususnya itu karakter sama. Masih banyak alam liar, penduduk kita juga di kota ini ada yang hidup di daerah kumuh, sanitasi buruk. Hal ini tentu bisa berisiko," tegasnya.