Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Perselingkuhan Dalam Hubungan Suami Istri Bisa Berdampak Terhadap Anak, Ini Penjelasan Psikolog

Perselingkuhan di dalam hubungan suami istri bisa memberikan dampak negatif terhadap anak.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Perselingkuhan Dalam Hubungan Suami Istri Bisa Berdampak Terhadap Anak, Ini Penjelasan Psikolog
IST
Ilustrasi perselingkuhan. Perselingkuhan di dalam hubungan suami istri bisa memberikan dampak negatif terhadap anak. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perselingkuhan di dalam hubungan suami istri bisa memberikan dampak negatif terhadap anak.

Hal ini diungkapkan oleh psikolog anak dari Universitas Indonesia, Anastasia Satriyo dalam akun Instagram miliknya yaitu @anassatriyo.

Menurut Anastasia, orangtua yang melakukan perselingkuhan dapat berdampak pada emosi anak.

Muncul rasa bersalah yang intens pada anak.

Selain itu, beberapa bentuk emosi lain yang muncul adalah rasa stres, kecemasan, takut, depresi, shock, dan sebagainya.

Emosi-emosi tersebut nyatanya bisa menghambat perkembangan emosi yang sehat pada anak.

Baca juga: Ramai Soal Isu Perselingkuhan, Ernest Prakasa Singgung Soal Menghargai Kesetiaan 

Berita Rekomendasi

"Situasi ini bisa terbawa sampai anak dewasa jika tidak melakukan proses healing," ungkap Anastasia Satriyo dikutip Tribunnews, Kamis (22/9/2022).

Beberapa dampak lain yang ditimbulkan dari perselingkuhan orangtua adalah perkembangan konsep diri yang sehat saat dewasa.

Lalu situasi ini juga memengaruhi perkembangan seksualitas yang sehat pada anak dewasa.

Konsep relasi romantik saat dewasa juga dapat dipengaruhi.

Baca juga: PROFIL Wendy Walters, Istri Reza Arap yang Diisukan Jadi Korban Perselingkuhan

Di sisi lain, anak di usia dewasa memiliki risiko yang tinggi menjadi pelaku serta rentan menjadi korban perselingkuhan.

"Bukan karena kutukan, tetapi otak terbiasa dengan pola familiar, meskipun hal tersebut 'tidak sehat'," tegas Anastasia.

Karena itu, sangat penting untuk melakukan pemulihan dengan terapis pada pihak profesional. Terapis ini bertujuan untuk dapat memutus mata rantai trauma emosi.

"Memulihkan trauma emosi yang kita alami sebagai anak dan stop menjadi pelaku atau korban," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas