Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

6 dari 10 Gen-Z Alami Gejala Isu Kesehatan Mental, Berikut Lima Tips Jaga Kesehatan Mental

Hasil riset menunjukkan sebagian hal yang membuat Gen-Z merasa cemas dan resah adalah ketakutan akan ketidakpastian di masa depan yaitu 60 persen.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in 6 dari 10 Gen-Z Alami Gejala Isu Kesehatan Mental, Berikut Lima Tips Jaga Kesehatan Mental
Tribunnews.com/Aisyah Nursyamsi
Acara Maybelline Brave Together #LetsTalksAbout: Ready for My 20s di Depok, Sabtu (29/10/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 6 dari 10 Gen-Z berusia 18-25 tahun di Indonesia pernah mengalami gejala isu kesehatan mental.

Namun hanya 15 persen yang memilih pergi ke psikolog untuk membantu menanganinya.

Hal ini berdasarkan riset Maybelline New York bersama Jakpat

Hasil riset menunjukkan sebagian hal yang membuat Gen-Z merasa cemas dan resah adalah ketakutan akan ketidakpastian di masa depan yaitu 60 persen.

Baca juga: Gangguan Mental yang Dihadapi Banyak Anak Muda di Korea Selatan

Lalu ada masalah pendewasaan hingga 43 persen.

Karenanya, dalam proses pendewasaan, diperlukan mindset dan mentalitas “BRAVE” untuk merawat kesehatan mental, agar mampu menjadi manusia dewasa yang berfungsi optimal:

Berita Rekomendasi

1. B - Bangun Kebiasaan Positif

Memiliki kebiasaan positif dapat dimulai dari sesuatu yang kecil seperti bangun pagi dan olahraga teratur.

Kamu akan merasa lebih produktif dan memiliki waktu lebih banyak untuk merencanakan harimu.

Dengan memiliki kebiasaan positif yang konsisten, emosi akan menjadi lebih terjaga dikarenakan hati lebih tenang berkat perencanaan yang lebih matang.

2. R - Rencanakan Waktu Istirahat

Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur memiliki efek negatif yang signifikan pada kondisi mental.

Merencanakan waktu untuk istirahat atau tidur pada waktu yang teratur setiap hari akan membantu untuk membawa stabilitas pada kondisi mental seorang individu.

3. A - Afirmasi Diri

Penelitian menunjukkan bahwa cara seseorang berpikir tentang diri sendiri dapat memiliki efek yang kuat pada stabilitas mental seseorang.

Ketika seseorang memandang dirinya dan hidupnya secara negatif, maka mereka juga merasakan efek negatifnya.

Sebaliknya, jika membiasakan diri menggunakan kata-kata yang membuat lebih positif, maka hal ini membuat seseorang lebih optimis.

4. V - Validasi Emosi

Validasi adalah kemampuan mengakui dan menerima berbagai emosi yang dirasakan. Agar mampu memvalidasi emosi diri, diperlukan latihan dan refleksi diri secara rutin.

Merefleksikan diri berarti evaluasi dan proyeksi diri di masa mendatang. Dalam validasi diri, refleksi yang akurat dan jujur dapat membantu proses penerimaan diri, namun bila dirasa masih sulit berefleksi.

Kamu bisa dibantu oleh professional melalui konseling supaya semakin akurat.

5. E - Ekspresikan Kebaikan

Ketika berbuat baik, hal tersebut bukan hanya berdampak baik ke orang yang kita bantu.

Tetapi juga berdampak positif untuk diri sendiri.

Penelitian menunjukkan ketika membantu orang Iain, kita bisa membentuk self-esteem yang lebih sehat.

Karena menemukan makna dan menumbuhkan manfaat hidup kita sendiri.

Oleh karena itu, mari kita semua sama-sama BE ‘BRAVE’, beranikan diri untuk ciptakan ruang aman untuk kalangan muda saling cerita.

Saling berinteraksi dan saling mendukung satu sama Iain untuk bersama-sama melewati masa peralihan menuju pendewasaan diusia 20an.

Lebih lanjut, merayakan Hari Kesehatan Mental Dunia 10 Oktober lalu, Maybelline New York, kembali menggaungkan Brave Together.

Kampanye Brave Together ini digaungkan dalam bentuk acara edukasi bersama para partner Brave Together yaitu Rahasia Gadis dan KALM serta didukung oleh UI Sehat Mental.

Acara dilaksanakan di Balai Purnomo, Universitas Indonesia, dengan rangkaian kegiatan talkshow dan booth interaktif mengangkat tema yang sangat dekat dengan anak muda 'Ready for my20s".

Untuk berdiskusi dan menjawab keresahan Gen-Z memasuki masa depan yang menghadapi banyak perubahan memasuki usia 20 tahun.

Acara Maybelline Brave Together turut dihadiri Mima Shafa, seorang mental health survivor.

Aditya Gunawan, seorang Psikolog Klinis Dewasa, Karina Negara, Psikolog Klinis dan Co-Founder KALM.

Maybelline Brand General Manager Carla Mangindaan pun menyebutkan jika topik 'Ready for my20s, dapat membantu para anak muda memasuki fase kehidupan yang baru.

Serta menjawab tantangan di fase peralihan dari remaja menjadi dewasa yang tentunya memerlukan keberanian dan kesiapan mental.

Namun yang paling penting adalah percaya bahwa tidak sendirian menjalani kehidupan.

"Harapannya, semakin banyak orang yang berani untuk berbagi tentang masalah dan mencari bantuan profesional karena kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik," ungkap Carla di Balai Purnomo, Universitas Indonesia, Minggu (30/10/2022).

Lebih lanjut, untuk mendukung kesiapan dan kesehatan mental mereka yang sedang bertransisi.

Penting bagi Gen-Z untuk memperoleh pendampingan dan panutan yang bisa menyeimbangkan ekspektasi dan realita.

Bahwa hidup tidak selamanya manis sebagaimana di media sosial.

Dalam hal ini, Maybelline Brave Together berkomitmen pada bulan Mei 2022 untuk mendukung isu kesehatan mental melalui dua metode.

Edukasi dan akses konseling gratis bagi yang membutuhkan.

Untuk mendapatkan konseling gratis dari Maybelline Brave Together, unduh aplikasi KALM di Google Play Store atau App Store dan gunakan kode BRAVE 33-33-33-33.

Selain konseling, Maybelline juga mengajak kamu untuk membagikan cerita perjalanan kesehatan mental secara anonim di Brave Talk httos //www mavbelline-bravetooether com/.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas