Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Latihan Fisik Penderita Diabetes Tidak Harus 'Olahraga', Bisa Juga Jalan 10 Ribu Langkah

Olahraga atau latihan fisik itu merupakan dasar dalam penatalaksanaan (diabetes), selain pola makan yang teratur.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
zoom-in Latihan Fisik Penderita Diabetes Tidak Harus 'Olahraga', Bisa Juga Jalan 10 Ribu Langkah
Shutterstock
Ilustrasi. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang memiliki karakteristik hiperglikemia karena adanya kelainan sekresi insulin maupun kerja insulin.

Penyakit ini pun banyak dialami oleh masyarakat Indonesia, baik kalangan muda maupun tua.

Sementara itu, jumlah penderita DM di Indonesia saat ini menempati peringkat 5 dunia.

DM dibedakan menjadi 2 tipe yakni DM Tipe 1 yang disebabkan oleh pankreas yang tidak memproduksi cukup insulin, dan Tipe 2 yang disebabkan gangguan kerja insulin yang juga dapat disertai pula dengan kerusakan pada sel pankreas.

Ketua Perkumpulan Diabetes Edukator Indonesia (PEDI), Dr. dr. Aris Wibudi, Sp.PD-KEMD., menyebutkan 5 pilar penatalaksanaan diabetes.

Mulai dari edukasi, pola makan, latihan fisik obat bila diperlukan hingga pemantauan glukosa darah mandiri.

Baca juga: Konsumsi Gula Berlebih Berkontribusi pada Tingginya Asupan Kalori yang Dapat Meningkatkan Diabetes

Berita Rekomendasi

Terkait latihan fisik, kata dia, dapat dilakukan melalui kegiatan olahraga.

"Olahraga atau latihan fisik itu merupakan dasar dalam penatalaksanaan (diabetes), selain pola makan yang teratur," jelas Dr. Aris, dalam Media Briefing Hari Diabetes Sedunia 2022 yang digelar Asosiasi Healthtech Indonesia (AHI) di Hotel Aston Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (30/11/2022).

Menurutnya, untuk menentukan olahraga apa yang tepat atau kegiatan latihan fisik apa yang baik dilakukan penderita diabetes, dapat ditentukan melalui pengobatan presisi.

Hal itu karena ini merupakan pendekatan yang memperhitungkan variabilitas individu dalam gen, lingkungan dan gaya hidup tiap orang.

"Jadi memang sangat personal, seorang penderita diabetes harus makan seperti apa dan olahraganya seperti apa, umurnya bagaimana, sangat personalize presisi medicine. Tapi secara praktik di dalam diri ataupun dalam aplikasi sehari-hari, itu semua berdasarkan perorangan, tidak bisa semua sama," kata Dr. Aris.

Dalam media briefing bertajuk 'Lindungi Masa Depanmu: Integrasi Teknologi Kesehatan untuk Optimalkan Edukasi dan Program Dukungan Pasien Diabetes', Dr. Aris kemudian menekankan bahwa pada prinsipnya, penderita bisa melakukan olahraga dengan perhitungan pembakaran kalori.

Namun jika penderita tidak sempat melakukan olahraga, maka latihan fisik ini bisa dilakukan dengan berjalan 10 ribu langkah.

"Tetapi kalau tidak punya kesempatan olahraga sama sekali, disarankan jalan 10 ribu langkah (dalam sehari)," pungkas Dr. Aris.

Dalam media briefing itu,hadir pula Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid., Ketua Perkumpulan Diabetes Edukator Indonesia (PEDI) Dr. dr. Aris Wibudi, Sp.PD-KEMD., Ketua Umum Asosiasi Healthtech Indonesia (AHI) Dr.G Bimantoro, perwakilan Sanofi Indonesia.

Lalu Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD. FINASIM da, Ketua Umum Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Dr. dr. Sony Wibisono, Sp.PD., K-EMD., FINASIM yang hadir secara virtual.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas