Penting, Seimbangkan Kesibukan Kerja dengan Healing Agar Kesehatan Mental Terjaga
Data pada Kementerian Kesehatan RI tahun 2021 menyatakan, sebanyak 20 persen dari total penduduk Indonesia mengalami potensi masalah kesehatan mental.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesibukan harian dengan aktivitas kerja yang padat dan amat menyita waktu membutuhkan keseimbangan berupa relaksasi atau healing seperti bepergian ke tempat-tempat wisata.
Hal ini dirasa penting demi menjaga keseimbangan dan kesehatan mental. Pendekatan spiritual juga sangat membantu menyeimbangkan kesehatan mental ini.
Di Indonesia, kesadaran masyarakat tentang pentingnya aspek kesehatan mental masih terbilang rendah sementara masyarakat usia produktif yang mengalami gangguan kesehatan mental cenderung tinggi.
Baca juga: Ringankan Beban Psikologis, 1.000 Lebih Anak Korban Gempa Cianjur Dapat Trauma Healing
Data pada Kementerian Kesehatan RI tahun 2021 menyatakan, sebanyak 20 persen dari total penduduk Indonesia mengalami potensi masalah kesehatan mental.
Hasil penelitian Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2021 menemukan bahwa mayoritas remaja dan dewasa muda berusia 16 -24 tahun memasuki periode kritis kesehatan mental.
Penelitian tersebut juga mendapati temuan hampir 96 persen remaja dan dewasa muda mengalami gejala kecemasan (anxiety) dan 88 persen di antaranya mengalami gejala depresi.
Menurut WHO, separuh dari gangguan mental bermula pada umur 14, namun banyak kasus yang terjadi tidak terdeteksi dan tanpa tindakan.
Berbagai faktor ditengarai sebagai pemicu masalah keseimbangan kesehatan mental ini; di antaranya tekanan dalam pekerjaan, masalah keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial.
Ketua dan Founder Asosiasi Kesehatan Remaja Indonesia [AKAR], dr. Fransisca Handy, ikut menjelaskan ketika seseorang merasakan emosi yang sangat kuat dapat diikuti dengan keluhan fisik.
Dia mengatakan, kesehatan jiwa dipengaruhi faktor-faktor seperti tingginya tingkat stres di pekerjaan atau perkuliahan, masalah percintaan atau hubungan dengan keluarga dan teman, persaingan lewat sosial media, dan sebagainya serta kemampuan untuk mengelola situasi dan emosi yang dirasakan.
"Informasi terkait regulasi emosi dan cara pengelolaan stress yang sehat belum banyak diketahui masyarakat, khususnya anak muda," ujarnya dalam pernyataan tertulis yang dikutip Minggu, 11 Desember 2022.
Baca juga: Pertamina Hulu Energi Gelar Trauma Healing Untuk Warga Terdampak Gempa Bumi Cianjur
Dia memaparkan, saat ini muncul fenomena banyak anak muda berkeluh kesah di sosial media atau bercerita pada orang yang salah atau melakukan hal-hal yang terkesan membantu sesaat seperti merokok dan perilaku adiktif lainnya sebagai cara mengelola stress.
Salah satu kekhawatiran adalah jika hal ini dibiarkan berlarut-larut akan mempengaruhi kualitas hidup mereka ke depannya.
“Di sinilah kami aktif mengkampanyekan pentingnya menjaga memiliki kemampuan regulasi emosi yang sehat, mengelola stress, mengenal dan menghargai diri sendiri sebagai upaya untuk menjaga kesehatan jiwa anak muda dan kepada masyarakat pada umum," ujarnya.
"Kita semua bertanggung jawab untuk membentuk ekosistem yang kondusif bagi kesejahteraan anak muda. Kami bersemangat menyambut kolaborasi dengan Traveloka untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan jiwa khususnya di kalangan Gen-Z dan Millenials,” tambah dr. Fransisca.
Baca juga: BRI Sediakan Posko Trauma Healing & Dapur Umum, Erick Thohir Apresiasi BUMN Bantu Bencana Cianjur
Terkait ini, Shirley Lesmana, Chief Marketing Officer Traveloka mengatakan, perusahaannya turut berkontribusi aktif memberikan solusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya menjaga kesehatan mental.
Pihaknya mengajak masyarakat, terutama generasi milenial dan generasi Z, untuk tidak lupa menyempatkan diri berhenti sejenak dan beristirahat di tengah-tengah padatnya aktivitas hidup mereka.
"Tekanan dalam pekerjaan serta tuntutan untuk selalu menunjukkan performa terbaik pada akhirnya menimbulkan burn out atau kondisi di mana seseorang merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional,” kata Shirley Lesmana.
Traveloka akan berkolaborasi dengan AKAR Indonesia dalam bentuk donasi untuk mendukung terlaksananya kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan empowerment kepada remaja Indonesia melalui program Youth Akar Indonesia.
Dia yakin peran kolaboratif Traveloka bersama AKAR akan memperkuat edukasi mengenai pentingnya kesadaran untuk menjaga kesehatan mental, serta memberikan dukungan berbasis komunitas melalui jaringan layanan dan teknologi yang dapat diakses, terjangkau, dan berkualitas.
"Mempromosikan dan menjaga kesehatan mental remaja dan dewasa muda membawa manfaat tidak hanya untuk kesehatan mereka, namun juga untuk ekonomi dan masyarakat," ungkap Shirley.
Dia menegaskan, kaum dewasa muda yang sehat akan membawa kontribusi yang besar terhadap kualitas tenaga kerja Indonesia, keluarga, komunitas dan masyarakat secara umum.