Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Mantan Direktur WHO: Angka Kematian Flu Unta 35 Persen Lebih Tinggi Daripada Covid-19

Untuk angka kematian MERS pada kasus yang dilaporkan ke WHO adalah 35 persen. Sementara Covid-19 angka kematiannya sekitar 2 sampai 3 persen.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Mantan Direktur WHO: Angka Kematian Flu Unta 35 Persen Lebih Tinggi Daripada Covid-19
istimewa
Mantan direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama. Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan flu unta atau nama sebenarnya adalah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merupakan penyakit yang disebabkan virus corona. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Timnas Perancis melaju ke babak final Piala Dunia Qatar 2022.

Namun di tengah suka cita itu ada lima pemainnya yang diduga terserang flu unta.

Selain pemain, tentu para penonton juga harus mewaspadai penyebaran penyakit ini.

Baca juga: Final Piala Dunia 2022 Dibayangi Flu Unta, Ini Gejala dan Cara Pencegahannya

Pasalnya, penyakit ini memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dari Covid-19.

Mantan petinggi WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan flu unta atau nama sebenarnya adalah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merupakan penyakit yang disebabkan virus corona.

"Virusnya penyebab MERS ini, masih satu keluarga dengan penyebab Covid- 19 sekarang ini dan juga SARS pada 2003," kata dia dalam keterangannya, Sabtu (17/12/2022).

Berita Rekomendasi

Untuk angka kematian MERS pada kasus yang dilaporkan ke WHO adalah 35 persen.

Sementara Covid-19 angka kematiannya sekitar 2 sampai 3 persen.

"Jadi lebih tinggi dari Covid-19 angka kematiannya," imbuh Direktur Pascasarjana Universitas RS Yarsi ini.

Baca juga: Flu Unta Merebak Serang 3 Pemain Prancis Jelang Final Piala Dunia 2023: Tak Berpotensi Pandemi

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, mayoritas kasus MERS yang menyebabkan meninggal disertai komplikasi yang parah, seperti ginjal, kanker, penyakit paru-paru kronis, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes, serta karena sistem kekebalan yang lemah, dan orang yang berusia tua.

Sedangkan, beberapa kasus yang terinfeksi memiliki gejala ringan (seperti flu) atau tanpa gejala dapat sembuh.

"Sejauh ini belum ada obat dan vaksin yang spesifik untuk MERS. Penanganan pasien adalah seperti penanganan pasien penyakit infeksi paru secara umum," imbuh Prof Tjandra.

Di kawasan Asia, beberapa negara seperti Malaysia, Thailand maupun Korea Selatan pernah mengalami outbreak MERS.

"Di Korea Selatan misalnya pernah mengalami outbreak terbesar di luar jazirah Arab," papar dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas