Anak Alergi Protein Hewani, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua? Begini Kata Dokter
Protein hewani disebut efektif untuk mencegah terjadinya stunting pada anak. Namun, apa yang harus dilakukan jika anak alergi protein hewani?
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemenuhan zat protein hewani disebut efektif dalam mencegah terjadinya stunting pada anak.
Namun, sebagian anak ada yang alergi pada protein hewani.
Lantas apa yang mesti dilakukan oleh orangtua untuk pemenuhan protein hewani?
Terkait hal ini, Dokter Spesialis Gizi, dr. Marya Haryono, M.Gizi, Sp.GK., FINEM, mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua.
Langkah pertama adalah menghindari dulu makanan yang dapat menyebabkan anak alergi.
"Alergi itu macam-macam. Ada alergi makanan tertentu. Misal tidak bisa makan telur, jadi jangan makan telur," ungkapnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (27/1/2022).
Baca juga: Apakah Bayi yang Alami Alergi Protein Sapi Bisa Sembuh? Begini Penjelasan Dokter
Walau pun kadang, ada sebagian anak yang setelah diberikan telur secara bertahap, alerginya menjadi baik.
Tapi ada pula alergi yang bisa memberikan respon kesehatan dari ringan hingga mengancam kesehatan.
Kedua, ketika anak alami satu alergi, orangtua jangan membatasi asupan protein anak dari sumber makanan lain.
"Ada alerginya ikan, seafood, maka makanan tersebut dihindari. Jangan sampai mengatakan alergi telur, semua protein hewani dihindari. Karena belum tentu," tegasnya.
Ketiga, cari alternatif atau pengganti.
Sebagai contoh, pada beberapa kondisi ada anak tidak bisa minum susu sapi.
Maka Alternatifnya adalah mencari susu pengganti yang bukan dari sapi, atau turunannya.
"Biasanya dari kacang-kacangan, mirip protein, kualitas seperti protein hewani yaitu dari kacang kedelai atau soya," kata dr Marya menambahkan.
Lantas apakah protein nabati bisa menggantikan kebutuhan protein hewani anak?
Menurut dr Marya, tidak akan jadi masalah.
Asalkan kombinasi pas, tidak ada yang dominan dan makanan bervariasi.
Hanya saja memang protein hewani dominan menyumbangkan asam amino yang esensial.
Esensial itu harus datang dari luar atau dikonsumsi.
Sedangkan non esensial bukan tidak dibutuhkan, tapi bisa dibentuk sendiri oleh tubuh.
"Tapi nabati tetap ada juga, tapi tidak sebanyak protein hewani," kata dr Marya lagi.
Namun, bukan berarti protein nabati tidak punya keuntungan lain.
Benefit dari protein nabati adalah tidak ada kolestrolnya dan memiliki seratnya yang bagus.
"Jadi tetap ada benefit yang bisa kita dapatkan dengan keanekaragaman protein," pungkasnya.