Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Disentil Presiden Soal Stunting dan Balita Minum Kopi, Kemenkes Ganti Biskuit dengan Makanan Lokal

Setelah program pemberian biskuit disentil Presiden Jokowi soal cara mengatasi stunting, Kemenkes Biskuit pun diganti menu makanan lokal.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Disentil Presiden Soal Stunting dan Balita Minum Kopi, Kemenkes Ganti Biskuit dengan Makanan Lokal
Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Seorang anak makan biskuit. Setelah program pemberian biskuit disentil Presiden Jokowi soal cara mengatasi stunting, Kemenkes Biskuit pun diganti menu makanan lokal. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah program pemberian biskuit disentil Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal cara mengatasi stunting, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bereaksi.

Kini, demi mengatasi permasalahan stunting di Indonesia, pemerintah akan alihkan pemberian makanan tambahan (PMT) biskuit menjadi pemberian makanan tambahan dengan menu lokal daerah setempat tentunya yang bergizi.

Baca juga: Cegah Krisis Pangan, Kapasitas Produksi Makanan Lokal Bakal Digenjot

Diberitakan Tribunnews.com Presiden menyampaikan sentilannya pada Kemenkes soal stunting ini dalam sambutan di Rakernas Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana dan Penurunan Stunting, di auditorium kantor BKKBN Pusat, Jaktim, Rabu (25/1/2023).

Berawal dari viralnya bayi berusia 7 bulan diberi kopi susu saset di media sosial Tik Tok, Jokowi kemudian menyindir soal pemberian biskuit dari Kemenkes.

”Saya lihat kemarin yang ramai bayi baru 7 bulan diberi kopi susu saset, kopi susu saset oleh ibunya. Karena yang ada di bayangan di sini adalah susu, anaknya mau diberi susu. Hati-hati mengenai ini,” kata Jokowi.

Menurut Jokowi, kesalahan ini terjadi karena minimnya penyuluhan kepada para Ibu.

Baca juga: Viral Bayi Minum Kopi Saset Disoroti Jokowi, Presiden Sentil Kemenkes Soal Pemberian Biskuit Balita

Jokowi meminta semua orang tua agar berhati-hati memberikan konsumsi bagi anak-anaknya yang masih balita.

BERITA TERKAIT

Menurutnya, penyuluhan bagi masyarakat luas dan para orang tua khususnya menjadi penting jika merujuk pada viralnya video tersebut.

”Makanya sekali lagi yang namanya penyuluhan penting. Karena kata ibunya bermanfaat kopi susu saset ini karena ada susunya. Hati-hati,” tegas Jokowi lagi.

Jokowi juga heran dalam kasus bayi yang dicekooki kopi itu mengapa polisi yang lebih dulu mendatangi sang Ibu.

Viralnya bayi berusia 7 bulan diberi kopi susu saset di media sosial Tik Tok tak hanya menarik perhatian netizen. Presiden Jokowi ikut menyoroti.
Viralnya bayi berusia 7 bulan diberi kopi susu saset di media sosial Tik Tok tak hanya menarik perhatian netizen. Presiden Jokowi ikut menyoroti. (istimewa/kolase/dok Tribunnews.com)

Padahal seharusnya itu dilakukan kader Posyandu, bukan aparat.

”Yang saya baca polisi menemui orang tua bayi. Tetapi seharusnya yang benar mestinya kader posyandu, kader BKKBN yang datang ke sana,” tuturnya.

”Karena kecepatan Kapolri mungkin, karena reaksi Kapolri cepat maka datang lebih cepat dari kader," imbuhnya.

Bukan hanya menyoroti pemberian kopi kepada bayi, Jokowi kemudian juga mengkritik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang masih memberikan bantuan berupa biskuit bagi anak-anak balita untuk mencegah tengkes atau stunting.

Menurut Jokowi, pemberian biskuit memang langkah mudah, tetapi sebetulnya tidak tepat sasaran.

Baca juga: Cegah Stunting, Pemerintah Alihkan Biskuit sebagai PMT Jadi Makanan Lokal

"Jangan sampai keliru, karena yang lalu-lalu saya lihat di lapangan dari kementerian masih memberi biskuit pada anak, cari mudahnya saja," kata Jokowi.

Jokowi menegaskan kekeliruan pemberian biskuit ini tak boleh dilakukan lagi di masa mendatang.

Biskuit Diganti Makanan Lokal Diklaim Kemenkes Sudah Ada Sejak 2022
Jokowi tegas meminta Kemenkes tidak lagi menyalurkan biskuit untuk mencegah kasus stunting pada anak.

Jokowi kemudian juga mengkritik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang masih memberikan bantuan berupa biskuit bagi anak-anak balita untuk mencegah tengkes atau stunting. (Shutterstock)

Jokowi menyarankan anak-anak diberikan asupan makanan dengan kandungan gizi baik.

Baca juga: Pengungsi Korban Gempa Cianjur Dapat Bantuan Popok hingga Biskuit

Menurut Jokowi, protein hewani seperti telur dan ikan yang semestinya diberikan kepada anak.

"Kalau telur, ikan, kan gampang busuk. Gampang rusak. Ini cari mudahnya saja, jangan dilakukan lagi. Kalau anaknya bayinya harus diberikan telur ya telur, dengan ikan ya ikan," ucapnya.

Mendapat sentilan Presiden ini, Direktur Jenderal (Dirjen) Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maria Endang Sumiwi mengatakan program pemberian makanan lokal sudah berjalan mulai sejak tahun 2022.

Finger food atau camilan sehat seperti buah, sayuran, dan biskuit bayi baik untuk perkembangan motorik anak.
Finger food atau camilan sehat seperti buah, sayuran, dan biskuit bayi baik untuk perkembangan motorik anak. (Shutterstock)

Jadi kita sudah mulai tahun 2022 di 16 kabupaten/kota, karena kami mau lihat pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal bisa dilakukan tidak,” ujarnya, Minggu(29/1/2023).

Pemberian makanan tambahan dengan pangan lokal ini disajikan siap santap oleh Posyandu.

Nantinya makanan akan dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya baik protein maupun kebutuhan gizi yang lain.

Sudah ada 16 kabupaten/kota percontohan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Selatan melakukan hal tersebut. Sisanya mulai tahun 2023 diperluas ke 389 kabupaten/kota.

Selain pemberian makanan tambahan dengan menu lokal, hal yang paling penting adalah pemberian edukasi kepada ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak.

Hal tersebut bertujuan untuk mengejar penurunan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024.

Sementara itu Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Syarifah Liza Munira menjelaskan ada dua kelompok umur yang penting untuk dilakukan intervensi cegah stunting.

Kelompok pertama saat kondisi sebelum kelahiran.

Kelompok kedua pada usia 6-11 bulan meningkat tajam 1,6 kali menjadi 22,4 persen di
kelompok usia 12-23 bulan.

"Di titik pertama (sebelum kelahiran) penting untuk intervensi di masa kehamilan. Dan intervensi kedua saat bayi mendapatkan MP-ASI setelah masa ASI eksklusif,"ujar Liza.

Sejumlah faktor yang mempengaruhi adanya penurunan stunting antara lain inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian protein hewani dan konseling gizi.

Menkes Sebut Stunting Cegah Penurunan Kecerdasan

Pemerintah Nyatakan PPKM selesai, tapi tidak ada penghapusan terkait mekanisme pelaksanaan tes PCR dan rapid antigen.
Pemerintah Nyatakan PPKM selesai, tapi tidak ada penghapusan terkait mekanisme pelaksanaan tes PCR dan rapid antigen. (Tangkap Layar Kompas Tv)

Terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tekankan jika stunting bisa menurunkan kecerdasan, sehingga perlu dicegah.

"Stunting itu (menyebabkan) anaknya bodoh. Anak yang stunting itu nantinya jadi bodoh. Aku bilang, ibu-ibu kan gak mau anaknya bodoh, jadi jangan stunting,"tegasnya.

Baca juga: Kader Posyandu Wujudkan Cara Baru Makan Sayur, Jus Pakcoy Jadi Produk UMKM yang Laris Manis

Oleh karena itu menurut Budi, penting mencukupi gizi anak agar tidak alami stunting hingga terjadi penurunan kecerdasan.

Selain itu tidak hanya gizi pada anak, penyebab lain terjadinya stunting adalah karena ibu hamil mengalami malnutrisi.

Sehingga perlu diperhatikan juga kecukupan nutrisi ibu selama hamil.

Selanjutnya Budi juga mengingatkan adanya gizi yang cukup saat memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) pada anak sejak usia 6 bulan.

Tidak hanya biskuit, karbohidrat dan sayur saya, Budi menekankan pada pemenuhan
protein hewani.

"Bisa telur, susu, ikan, bisa ayam, daging, kalau enggak, bodoh. Saya bilang stunting itu kayanya kanker sudah stadium 4. Kalau dirawat di stadium 4 sudah kecil kemungkinan sembuhnya,"tegasnya.

Budi pun mengingatkan pada masyarakat untuk tidak menunggu anak sampai stunting.(Tribun Network/ais/wly/niz)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas