Bali Belly, Gejala Keracunan Makanan yang Ditandai dengan Diare dan Perut Kembung
Bali Belly adalah gejala keracunan makanan yang ditandai dengan diare dan perut kembung. Berikut ini tips menghindari Bali Belly.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Bali Belly adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gejala keracunan makanan.
Bali Belly berasal dari bahasa Inggris, yang artinya perut Bali.
Gejala Bali Belly ditandai dengan diare, muntah, perut kembung, nafsu makan hilang, demam, dan kram perut.
Kondisi Bali Belly biasanya disebabkan oleh virus yang terdapat pada makanan dan air yang terkontaminasi.
Dikutip dari Puri Medical Bali, berdasarkan hasil identifikasi, virus yang paling banyak menyebabkan kejadian ini adalah Rotavirus dan Norovirus.
Baca juga: Verrell Bramasta Alami Bali Belly Usai Liburan dari Bali, Inilah Gejala dan Penyebab yang Dialami
Selain virus, Bali Belly juga biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang juga mencemari makanan.
Bakteri yang biasa ditemukan dalam kasus ini adalah E. coli, Salmonella, hingga Campylobacter.
Virus atau bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh melalui kontaminasi makanan.
Bali Belly umumnya dialami oleh wisatawan mancanegara yang berlibur ke Indonesia.
Dalam menikmati masakan yang belum pernah dimakan sebelumnya, tubuh sedang dalam proses adaptasi dengan masakan di daerah setempat.
Sehingga, terkadang muncul gejala Bali Belly.
Mengingat Indonesia beriklim tropis dan lembab, sehingga membuat pertumbuhan bakteri pada makanan lebih cepat.
Tidak hanya itu, namun jika penyimpanan, pengolahan, dan penyajian makanan dilakukan tanpa memperhatikan standar kebersihan yang baik dan benar, maka resiko penyebaran bakteri akan lebih besar.
Hal inilah yang berpotensi menyebabkan Bali Belly.
Baca juga: Orangtua Boleh Rawat Anak Alami Diare Rotavirus di Rumah, Asal Lakukan Lima Hal Ini