Kekurangan Zat Gizi Mikro Bisa Menghambat Tumbuh Kembang Anak hingga Stunting
Malnutrisi atau gangguan gizi dan kekurangan zat gizi mikro, ini harus diwaspadai karena dapat menghambat tumbuh kembang anak.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertumbuhan dan perkembangan pada 2 tahun pertama merupakan periode emas yang dapat memengaruhi kualitas hidup anak di masa depan.
Sehingga di masa itu anak membutuhkan nutrisi yang cukup dan berkualitas untuk mengoptimalkan proses tumbuh kembang.
Baca juga: Orangtua Tak Perlu Khawatir, Demam Batuk dan Pilek Bagian dari Tumbuh Kembang Anak
Dokter anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR Dr Lanny Christine Gultom, SpA(K) mengatakan, malnutrisi atau gangguan gizi bisa berupa kelebihan, kekurangan gizi dan kekurangan zat gizi mikro, ini harus diwaspadai karena dapat menghambat tumbuh kembang anak.
"Seringkali terjadi kekurangan zat gizi mikro dan ini tidak disadari oleh para orang tua, sehingga dikenal sebagai hidden hunger, dimana anak tidak mendapat asupan vitamin dan mineral penting dalam jumlah cukup, seperti zat besi, zink, kalsium, vitamin A, B, C dan D," kata Lanny saat webinar nasional bidan Indonesia yang diselenggarakan oleh Indofood Nutrition bersama Klikdokter, Ikatan Bidan Indonesia dan BKKBN belum lama ini.
Lanny mengatakan, kekurangan zat gizi mikro dapat menyebabkan tumbuh kembang anak tidak optimal, anemia, kecerdasan menurun, anak mudah sakit, penyakit mata, stunting dan sebagainya.
Sebenarnya kebutuhan zat gizi mikro dapat dipenuhi melalui makanan pendamping air susu ibu (MPASI) buatan rumah tangga (home-made) atau komersial.
"Namun, pemenuhan zat gizi mikro dengan menggunakan MPASI buatan rumah tangga menjadi tantangan bagi para ibu karena harus menekankan pemilihan bahan makanan yang merupakan sumber zat gizi mikro yang dibutuhkan dan memperhatikan kemampuan bayi untuk menghabiskan makanan yang diberikan (akseptabilitas)," katanya.
Baca juga: Dampak Stunting dalam Jangka Pendek dan Panjang
Sementara dokter gizi dr. Putri Sakti, M.Gizi, Sp.GK, AIFO-K menyampaikan bahwa ada banyak bahan makanan kaya nutrisi yang dapat diolah menjadi MPASI di antaranya hati ayam, hati sapi, daging sapi, wortel, ikan, telur dan kurma.
"Kurma familiar ya di Indonesia dan mengandung banyak vitamin dan mineral seperti vitamin B kompleks yang diperlukan untuk pembentukan energi dan jaringan tubuh," jelas Putri.
MPASI buatan rumah tentu saja menjadi pilihan terbaik, namun ibu harus tahu cara mengolahnya sehingga asupan vitamin dan mineralnya tidak berkurang.
Ibu juga harus memahami bahwa untuk memenuhi kebutuhan gizi harian bayi dibutuhkan makanan dalam jumlah yang relatif banyak.
Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan zat besi harian bayi sebesar 11 mg diperlukan 85 g hati ayam atau 385 g daging sapi.
"Tentunya jumlah ini terlalu banyak untuk dikonsumsi mengingat lambung bayi masih kecil dan akan menyebabkan kelebihan asupan protein sehingga MPASI fortifikasi yang telah diperkaya zat besi bisa menjadi alternatif," kata Putri.
Menyadari dampak serius hidden hunger dan masih kurang beragamnya konsumsi makanan balita di Indonesia, SUN – MPASI fortifikasi menghadirkan bubur bayi dengan varian rasa baru kurma dan susu sebagai upaya pemenuhan nutrisi adik bayi.
"Selain rasanya yang enak, SUN bubur Kurma & Susu mengandung nutrisi lengkap esenutri yang dibutuhkan anak, seperti Protein, Omega 3 & 6, Zat Besi, Zink, 11 Vitamin termasuk Vitamin B Kompleks dan 6 Mineral," kata Sri Lestari selaku Brand Manager SUN.