Cedera Paling Sering Dialami Ketika Berolahraga, Ketahui Pertolongan Pertama yang Bisa Dilakukan
Di Sport Clinic RS EMC Pekayon Bekasi, Jawa Barat, penanganan cedera dilakukan secara komprehensif.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak pandemi melanda, tak sedikit orang menyadari pentingnya hidup sehat. Satu di antaranya rutin berolahraga.
Animo masyarakat untuk berolahraga dua tahun belakangan ini juga mengalami peningkatan signifikan. Hal itu dibuktikan dengan banyak didirikannya pusat kebugaran di berbagai wilayah.
Bahkan olahraga bisa dikatakan menjadi tren. Tak sedikit orang mengabadikan aktivitasnya berolahraga di media sosial.
Namun, tak jarang berolahraga mengakibatkan cedera karena kecelakaan atau melakukan gerak yang salah.
Bahkan seorang atlet bisa mengalami cedera karena kurang pemanasan dan peregangan otot.
Kondisi tersebut tentu saja bisa memengaruhi semua bagian tubuh, termasuk otot, tulang, sendi, tendon, dan ligamen.
Berikut ini merupakan cedera yang paling sering dialami ketika berolahraga.
1. Keseleo dan otot tegang
Dikutip dari WebMD, pergelangan kaki terkilir, peradangan tendon, otot paha dan selangkangan tegang, sampai keseleo adalah salah satu cedera olahraga yang cukup umum.
Cedera olahraga ini bisa terjadi saat melakoni aktivitas seperti lari, melompat, atau latihan peregangan. Kabar baiknya, masalah kesehatan umum dalam olahraga ini dapat dicegah.
Caranya dengan rutin memperkuat dan melatih fleksibilitas otot.
2. Cedera engkel
Umumnya cedera engkel menyerang jaringan penghubung tendon dan otot pergelangan kaki atau engkel. Peradangan tendon engkel atau tendinitis paling kerap dialami pelari, atau atlet lari, dan lompat.
Kelompok ini olahraganya kerap mengandalkan pergelangan kaki. Cedera engkel karena oeradangan tendon perlu diobati.
Apabila penanganan medisnya tidak tepat, orang yang mengalami cedera olahraga ini bisa sulit berjalan normal.
Untuk mencegah cedera engkel, orang yang rutin latihan lari dan lompat disarankan sering melatih tendon pergelangan kaki, betis, sampai pinggul.
3. Cedera bahu
Baca juga: Bahaya Diffuse Axonal Injury, Cedera Otak karena Robekan Serabut Saraf Akson
Cedera sendi dan otot dan bahu atau rotator cuff tendinitis kerap dialami atlet yang melakukan gerakan bahu berulang, misalkan atlet bisbol atau tenis.
Apabila otot sekitar punggung atas dan inti tubuh tidak cukup kuat, orang yang melakukan gerakan bahu intens bisa mengalami cedere olahraga ini.
Cedera ini bisa dicegah dengan latihan punggung atas dan inti tubuh. Serta, jangan lewatkan peregangan otot dada setelah pertandingan atau latihan intens.
4. Cedera lutut
Ini adalah salah satu cedera olahraga yang paling umum dan cukup menyiksa. Cedera lutut bisa berupa keseleo, sendi tegang, meradang, sampai ligamen lutut robek secara tiba-tiba.
Dengan penanganan medis tepat, atlet profesional bisa pulih total dan tak perlu buru-buru mengakhiri kariernya ketika mengalami cedera lutut.
Untuk mengantisipasi efek buruk cedera lutut, setiap atlet profesional disarankan untuk latihan penguatan otot paha belakang, paha depan, sampai hamstring.
5. Cedera punggung
Cedera ini juga paling sering terjadi, yakni menyasar otot sekeliling tulang belakang di punggung.
Mengalami cedera saat berolahraga tentu saja bisa dihindari dengan pemanasan sebelum melakukan aktivitas fisik.
Pertolongan pertama apabila terjadi cedera olahraga dapat dilakukan dengan cara mengistirahatkan bagian yang cedera, mengompres menggunakan es, membebat atau menekan daerah yang cedera dengan elastic bandage.
Apabila kondisi tak membaik, sebaiknya berkonsultasi ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Di Sport Clinic RS EMC Pekayon Bekasi, Jawa Barat, penanganan cedera dilakukan secara komprehensif. Bahkan tidak hanya melibatkan satu dokter, melainkan tiga dokter.
"Kita satu tim bukan hanya dari dokter ortopedi saja, ada rehab medis gizi kemudian dari psikologinya, bisa tiga sampai lima dokter yang menangani satu pasien,” ujar Direktur RS EMC Pekayon dr. Deddy Nugroho MARS, Ph.D.
Pelayanan komperehensif meliputi spesialis ortopedi dan traumatology, spesialis rehab medis, serta spesialis gizi.
Baca juga: Kenali Jenis-jenis Cedera Saat Berolahraga, Kapan Tindakan Operasi Perlu Dilakukan?
"Jadi pasien tidak hanya ditangani oleh satu dokter, tetapi juga rehabilitasi medis, gizi dan sisi psikologinya, sesuai dengan kondisi masing-masing pasien” ucap dr. Deddy.
Masyarakat, lanjut dia, juga dapat berkonsultasi untuk mencegah cedera berolahraga melalui Sport Medical Check Up.
Ia menambahkan Sport Clinic kini dilengkapi fasilitas alat operasi dan alat-alat rehab.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.