Kanker Serviks Jadi Penyebab Kematian Terbesar bagi Wanita Indonesia, Yuk Kenali 2 Cara Mencegahnya
Sebagai informasi, lebih dari 95 persen kanker serviks disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV) risiko tinggi
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kanker serviks menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada wanita di dunia, termasuk di Indonesia.
"Kanker serviks menjadi penyebab kematian wanita kedua terbanyak di Indonesia setelah kanker payudara," ungkap Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RS Pondok Indah, dr. Andry, Sp. O. G, FMIGS, FEGRF pada keterangan resmi, senin (10/4/2023).
Sebagai informasi, lebih dari 95 persen kanker serviks disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV) risiko tinggi
Infeksi awal HPV dapat berlangsung tanpa gejala, oleh karena itu pencegahan pun menjadi penting.
Oleh dr Andry, dijelaskan setidaknya ada dua cara mencegah pencegahan sangat penting untuk dilakukan.
Pertama, pencegahan primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi terhadap infeksi HPV.
Baca juga: Pneumonia, TBC, Asma hingga Kanker Paru Habiskan Dana BPJS Kesehatan Sebesar Rp 8,7 Triliun
"Vaksinasi atau pemberian antigen ke dalam tubuh individu akan menginduksi terbentuknya antibodi atau kekebalan terhadap infeksi alamiah dari HPV," papar dr Andry.
Vaksinasi dapat mencegah infeksi HPV penyebab kanker berkembang menjadi kanker serviks invasif.
Dalam data terbaru, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) kini merekomendasikan dosis vaksinasi HPV sebagai berikut:
• Dua dosis untuk anak perempuan berusia 9-14 tahun
• Tiga dosis untuk wanita dewasa di atas 18 tahun
Vaksin HPV pada umumnya dapat diterima dengan baik oleh para penerimanya.
"Reaksi paling sering terjadi setelah vaksinasi berhubungan dengan tempat penyuntikkan seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan yang hanya bersifat sementara," papar dr Andry.
Lebih lanjut, ia menekankan jika antibodi atau kekebalan yang ditimbulkan dari vaksinasi HPV memberikan perlindungan jangka panjang dan berlangsung lama.
Manfaat vaksin ini secara maksimal dapat diperoleh apabila seseorang belum pernah melakukan hubungan seksual.
Namun, bagi perempuan yang sudah menikah atau pernah berhubungan seksual, vaksin ini juga bermanfaat.
Baca juga: Demokrat Tegaskan Tidak Pernah Ada Pembahasan Mengenai Cawapres Anies Baswedan di Koalisi Perubahan
Karena belum tentu seseorang tersebut pernah terpapar oleh virus HPV dengan strain yang dapat dicegah oleh vaksin.
Namun, bagi wanita yang sudah aktif secara seksual, sebelum mendapatkan vaksin, disarankan berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri serta melakukan screening organ kewanitaan terlebih dahulu.
Bagi seseorang yang aktif secara seksual dan telah menerima vaksin, tetap perlu melakukan screening rutin.
Karena sebanyak 30 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh strain HPV yang tidak dapat dicegah oleh vaksin tersebut.
Kedua, pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks meliputi tindakan screening.
Screening dapat mendeteksi keberadaan dari sel-sel abnormal, lesi pra-kanker, dan kanker serviks.
Namun, screening tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV.
Screening atau deteksi dini sangat penting untuk dilakukan karena kanker serviks stadium awal tidak bergejala.
Apabila sudah timbul gejala biasanya kanker serviks sudah mencapai tahap lanjut.
Jika kanker serviks telah terdeteksi dini, maka kemungkinan bisa ditangani dengan tuntas dan tingkat kesembuhannya akan sangat tinggi.
Screening kanker serviks tetap diharuskan walaupun sudah mendapat vaksinasi terhadap HPV.
"Vaksinasi dan screening sebagai paduan dari pencegahan primer dan sekunder dari kanker serviks dianggap dapat memberikan perlindungan yang ideal untuk mencegah kanker serviks," ulasnya.
Apalagi jika wanita sudah aktif berhubungan seksual.
Screening setiap tahun diperlukan untuk memantau kondisi organ kewanitaan.