Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Perusahaan Biofarmasi Diminta Kedepankan Kemanusiaan Agar Obat HIV/AIDS dan Hepatitis Terjangkau

Jika harga terjangkau, negara-negara berkembang dapat mengakses obat tersebut guna mencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis semakin meluas.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
zoom-in Perusahaan Biofarmasi Diminta Kedepankan Kemanusiaan Agar Obat HIV/AIDS dan Hepatitis Terjangkau
TRIBUN/DANY PERMANA
Aktivis Indonesia AIDS Coalition (IAC) Ferry menunjukan obat HIV/AIDS saat melakukan sesi wawancara dengan Tribunnews, di Jakarta, Kamis (28/11/2019). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - AIDS Healthcare Foundation (AHF) mendesak perusahaan biofarmasi menangguhkan hak kekayaan intelektual (paten) terhadap sejumlah obat HIV/AIDS dan hepatitis.

Tujuannya untuk membantu negara-negara berkembang dapat mengakses obat-obatan tersebut guna mencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis semakin meluas.

"Kami berharap Gilead Sciences Inc khususnya, lebih mengedapankan kemanusiaan di atas laba atau profit perusahaan," ungkap AHF Asia Bureau Chief Dr. Chhim Sarath dalam keterangan tertulis, Kamis (13/4/2023).

Baca juga: Penelitian di China Sebut Obat HIV Kaletra dan Obat Flu Arbidol Belum Mampu Tangani Virus Corona

Adanya paten atas sejumlah obat tersebut, diantaranya Truvada untuk HIV/AIDS dan Harvoni untuk Hepatitis C menjadikan obat tersebut sangatlah mahal dan susah dijangkau oleh masyarakat di negara-negara berkembang.

Chhim Sarath mencontohkan, obat hepaptitis C yang paling efektif memiliki harga $1,000 per pil, sedangkan Versi generik dari obat yang sama hanya dijual $4 per pil di India.

Namun menurut Médecins Sans Frontières, Gilead telah mengecualikan 50 negara-negara berpenghasilan menengah dari akses ke harga obat generik yang lebih murah tersebut.

Berita Rekomendasi

Negara-negara ini termasuk diantaranya Jamaika, Tunisia, Filipina, Ukraina, dan Venezuela.

AHF, kata Chhim Sarath, tidak menampik bahwa sebuah bisnis tentu akan mencari dan membutuhkan profit atau laba. Namun menurutnya, jangan sampai target-target nominal perusahaan tersebut justru mengancam dan mengorbankan banyak nyawa manusia.

Maka dari itu, kata Chhim Sarath, secara global, AHF terus mendesak agar Gilead Science Inc maupun perusahaan farmasi lainnya untuk mencabut paten dan menurunkan harga obat-obatan, sehingga masyarakat di negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat mengaksesnya.

"Semoga tuntutan ini bisa dan mau didengar oleh perusahaan farmasi karena bagaimanapun nyawa manusia adalah segalanya," imbuhnya.

Sebagai informasi, Gilead Sciences Inc adalah perusahaan biofarmasi yang berbasis di Foster City, California, Amerika Serikat (AS) yang meneliti, mengembangkan dan mengkomersialkan obat-obatan. Perusahaan ini berfokus terutama pada obat antivirus yang digunakan dalam pengobatan HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan influenza, termasuk dua obat hepatitis C yakni Harvoni dan Sovaldi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas