IDAI Sebut Imunisasi Ganda Dipastikan Aman dan Tidak Tingkatkan Risiko KIPI pada Anak
Imunisasi ganda memberikan manfaat dan tidak meningkatkan risiko Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 berdampak pada keterlambatan anak menerima jadwal imunisasi.
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, ada sekitar 1,7 juta bayi yang belum menerima imunisasi dasar lengkap selama periode 2019-2021.
Karena itu, memberikan imunisasi ganda pada anak bisa dilakukan.
Imunisasi ganda merupakan imunisasi lebih lanjut dengan pemberian lebih dari satu vaksin dalam satu kali kunjungan.
Baca juga: Bayi di Trenggalek Meninggal Pasca Imunisasi, Jasadnya Diautopsi Selidiki Penyebab Kematian
Orang tua tidak perlu khawatir soal keamanannya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan imunisasi ganda atau multiple injections termasuk aman dan telah disetujui.
Imunisasi ganda memberikan manfaat dan tidak meningkatkan risiko Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI.
"Pemberian lebih dari dua vaksin hidup bersamaan tidak menyebabkan infeksi berat,” kata Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan Satari.
Ia menuturkan, pemberian suntikan ganda ini sudah lama dilakukan, baik di negara dengan pendapatan tinggi maupun rendah.
Hal ini didukung dengan berbagai penelitian yang menunjukkan suntikan ganda aman diberikan pada anak.
"Kami melakukan penelitian di Lombok melihat kelompok yang cuma diberi vaksin PCV satu suntikan, dengan kelompok PCV + Pentabio (DPT-HB-Hib). Itu KIPInya bukan berarti nambah, jadi nggak ada beda, mau disuntik sekali, disuntik dua kali, mau disuntik tiga sekaligus, KIPI-nya itu enggak bertambah," terang dokter spesialis anak ini.
Baca juga: Diberikan Tiga Kali Dosis, Kapan Sebaiknya Anak Imunisasi Campak?
Adapun syarat utama pemberian imunisasi ganda adalah saat anak dalam kondisi sehat.
Suntikan dapat dilakukan di dua lokasi, yakni pada bagian kiri dan kanan paha atau satu dibagian yang sama dengan jarak suntik minimal 2,5 sentimeter.
Di Indonesia sendiri pemberian imunisasi ganda secara nasional sejak tahun 2017 yaitu pada jadwal imunisasi DPT-HB-Hib-3 yang diberikan bersamaan dengan imunisasi IPV pada bayi usia 4 bulan.
Selain itu, imunisasi ganda juga ada pada imunisasi lanjutan yaitu pada pemberian imunisasi campak rubela-2 dan DPT-HB-Hib-4 yang diberikan pada anak usia 18 bulan.
Risiko Anak Tak Diberi Imunisasi
Kementerian Kesehatan terus mengampanyekan dampak dari penurunan cakupan imuniasi.
Yakni adanya peningkatan jumlah kasus penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi atau PD3I dan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) seperti campak, rubela dan difteri di beberapa wilayah.
Diterangakn di kesempatan yang berbeda, Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K), M.Si mengatakan, setiap tahun ada ancaman campak rubella dan difteri sejak tahun 2007 sampai 2022.
Ia menyebut di tahun 2021 ada 25 provinsi dengan kasus rubela meningkat.
Penyakit campak berbahaya bagi bayi, balita, anak sekolah. Bukan sekadar demam, batuk, pilek, sesak, bintik merah tapi ada radang otak.
"Ada 571 bayi dengan kasus radang otak pada periode 2012 sampai 2017," ujarnya.
Ada juga kasus radang paru atau pneumonia sejak 2012 sampai 2017 dengan jumlah 2.853 bayi dan anak yang mengalami radang paru akibat campak.