Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Hati-hati, Penyakit Paru Obstruktif Kronis Bisa Berujung Pada Disabilitas

PPOK muncul bisa disebabkan karena paparan jangka panjang zat-zat berbahaya seperti asap rokok dan polusi udara.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Hati-hati, Penyakit Paru Obstruktif Kronis Bisa Berujung Pada Disabilitas
DOK. Kateb Medical
Ilustrasi organ paru-paru 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit pernapasan kronis.

PPOK muncul bisa disebabkan karena paparan jangka panjang zat-zat berbahaya seperti asap rokok dan polusi udara.

Namun masyarakat sudah seharusnya berhati-hati. Pasalnya, PPOK bisa berujung pada disabilitas.

Hal ini diungkapkan oleh perwakilan Kelompok Kerja Asma dan PPOK, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr. Triya Damayanti, Sp.P(K), Ph.D

Ia pun menjelaskan kenapa PPOK ini bisa berujung menjadi disabilitas.

" Artinya kalau usia produktif di kita kan 35-40 tahun. Nah begitu dia terdiagnosis PPOK, maka dia menjadi disabilitas, kenapa? Karena dia tidak bisa bekerja secara optimal," ungkapnya pada media briefing di Jakarta, Rabu (31/5/2023).

Berita Rekomendasi

Tentu saja pekerjaan yang membutuhkan tenaga, atau pun gerak otot akan menjadi terganggu.

"Pasien PPOK itu sesaknya terus-menerus, beda sakit asma. Asma kalau habis serangan sudah, habis minum obat dia normal. Kalau PPOK itu sesak nafasnya itu makin lama makin memberat," paparnya.

Contoh, awalnya seseorang berjalan satu kilometer, hal ini tidak menjadi masalah.

"Terus makin lama, 100 meter sudah gak kuat, sesak, berjalan lebih lambat lagi. Sehingga melakukan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu," tutur dr Triya.

Baca juga: Polusi Udara Picu Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Ketahui Pencegahannya 

Sehingga di usia 60 tahun, orang tersebut seharusnya masih produktif.

Tapi karena mengalami PPOK, ia sudah sesak dan tidak dapat melakukan pekerjaan dengan lebih optimal.

"Di situ akhirnya disabilitas jadi terganggu. Yang penting kualitas hidupnya. Ia jadi bergantung pada orang, tergantung penggunaan oksigen yang sudah makin berat,"tutupnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas