Kepala BKKBN: Turunnya Angka Kesuburan karena Kontribusi Kontrasepsi
Penggunaan alat dan obat (alokon) kontrasepsi berkontribusi membantu menurunkan angka kesuburan total di Indonesia.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggunaan alat dan obat (alokon) kontrasepsi berkontribusi membantu menurunkan angka kesuburan total atau fertility rate (TFR) wanita di Indonesia menjadi 2,18, saat ini.
Artinya, rata-raya perempuan hamil di Indonesia sudah pada angka di bawah 2,2. Sebagai perbandingan, di era 1970-an, TFR Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 56-57.
"Penurunan TFR terjadi karena pemakaian kontrasepsi,” ungkap Kepala BKKBN, Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), dalam webinar World Contraception Day 2023, dengan tema "Mengoptimalkan pelayanan kontrasepsi yang komprehensif dan merata", Kamis (28/9/2023).
Di sisi lain, kontrasepsi juga berpengaruh besar terhadap stunting, menurut dokter Hasto.
“Stunting sangat berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi karena berkaitan erat dengan spacing. Salah satu yang penting untuk kita tekankan di sini, bagaimana kita menjaga jarak kehamilan," kata Hasto menambahkan.
Kontrasepsi juga turut memengaruhi angka kematian ibu dan angka kematian bayi. "Ketika yang KB-nya tidak sukses, total fertility rate (TFR) tinggi, maka kematian ibunya juga tinggi," tambahnya.
Misalnya, melihat situasi di Papua, kematian ibu masih 565/100.000 kelahiran, NTT 316, Sulawesi Barat masih 74.
Baca juga: Angka Stunting di Papua Naik karena TFR dan Pernikahan Anak Tinggi
"Ini sangat relevan dengan penggunaan kontrasepsi. Sukses menggunakan kontrasepsi sangat menurunkan kematian ibu (AKI) dan kematian bayi (AKB)," lanjut Hasto.