Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kasus Monkeypox Muncul di Jakarta, Pakar Imbau Tak Perlu Panik, Penyebarannya Persis HIV

Satu kasus baru cacar monyet atau Monkeypox di Jakarta telah dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan. Pihaknya sudah melakukan tracing.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Kasus Monkeypox Muncul di Jakarta, Pakar Imbau Tak Perlu Panik, Penyebarannya Persis HIV
freepik
Monkeypox atau cacar monyet 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengonfirmasi satu kasus baru cacar monyet atau Monkeypox. 

Terkait hal ini, Pakar Ahli kesehatan masyarakat sekaligus epidemiolog Dicky Budiman pun anjurkan untuk tidak panik. 

Ada beberapa hal yang menurut Dicky masyarakat tidak perlu panik. 

"Tetapi di sisi lain tidak usah panik. Pertama pada masyarakat umum, ini risikonya kecil sekali," ungkap Dicky pada Tribunnews, Rabu (18/10/2023).

Kedua, proses penularannya yang lambat. Artinya tidak mudah (menular).

Baca juga: Kemenkes Laporkan di Jakarta Ada 1 Kasus Cacar Monyet atau Monkeypox, Begini Kondisinya

"Dan yang perlu juga diketahui tanpa adanya melakukan perilaku berisiko seperti tentu ini akan semakin menjauhkan," kata Dicky lagi. 

Berita Rekomendasi

Selain itu penyakit ini juga bisa pulih, dengan angka kematian yang kecil. 

Namun, Dicky tetap mengingatkan jika ada kelompok yang rentan saat terkena virus ini. 

Yaitu mereka yang memiliki gangguan imunitas seperti HIV-AIDS.

"Ini akan sangat berdampak serius. Dan tentunya perlu mitigasi pencegahan (dari) pemerintah. Tentu harus menggunakan jalur mekanisme atau strategi relatif sama pengendalian penyakit HIV," jelas Dicky.

Karakteristik penyebaran hampir serupa dengan HIV

Lebih lanjut, Dicky mengatakan jika karakteristik pola penyebaran Monkeypox hampir serupa dengan HIV (human immunodeficiency virus) dan cenderung jadi epidemi. 

Risiko penularan HIV bisa meningkat karena pola perilaku seks bebas atau seks berisiko yang tren di kalangan dewasa muda, anak dan remaja.

Oleh karenanya, penyebaran virus pun terus terjadi, diikuti dengan stigma. Orang-orang takut untuk memeriksakan diri. 

"Apalagi dengan stigma tinggi, ketertutupan, mudah menyebar, sulit dihilangkan," kata Dicky lagi. 

Upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan literasi, khususnya perilaku hidup bersih dan sehat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas