Update Cacar Monyet: Total 27 Kasus Ada di Indonesia: 22 di Jakarta, 4 Banten, dan 1 Bandung
Saat ini masih ada 21 kasus suspek dari kegiatan tracing yang masih menunggu hasil konfirmasi dari laboratorium
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) kembali memperbarui data kasus aktif cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) di Indonesia per Selasa (31/10/2023).
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, total kasus Mpox di Indonesia ada 27 Kasus.
"Tambah 3 kasus baru semua DKI menjadi 27 kasus," kata dia saat dihubungi wartawan, Selasa (31/10/2023).
Ia menambahkan, masih ada 21 kasus suspek dari kegiatan tracing yang masih menunggu hasil konfirmasi dari laboratorium.
"Kegiatan tracing semakin bagus saat ini ada 21 kasus suspek menunggu hasil kondirmasi lab," ungkap Maxi.
Baca juga: Kasus cacar monyet muncul lagi di Indonesia, apa saja yang perlu diketahui?
Adapun sebaran kasus Mpox hingga Selasa (31/10/2023) sebagai berikut:
1. Jakarta 22 kasus
2. Banten 4 kasus
3 Bandung 1 kasus
Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama menerangkan, setidaknya ada lima hal yang perlu dilakukan penentu kebijakan publik dalam
pengendalian kasus cacar monyet ini.
Pertama adalah peningkatan pemahaman (awareness) masyarakat luas dan utamanya kelompok risiko tinggi.
Kedua adalah identifikasi kasus, atau terduga kasus, yang hanya dapat dilakukan dengan surveilan yanmg ekstensif.
Ketiga adalah isolasi kasus.
"Mereka yang mulai bergejala maka sebaiknya juga melakukan isolasi sampai ada kepastian diagnosis bahwa dia cacar monyet atau bukan. Lalu, kalau memang terbukti cacar monyet maka harus isolasi sampai semua kelainan kulitnya hilang dan sudah tumbuh kulit baru yang bebas lesi kulit," terang dia kepada Tribunnews.com.
Keempat dalam pengendalian cacar monyet adalah penelusuran kontak.
Jadi dari kasus yang ada sampai hari ini maka semua yang pernah kontak dengan pasien itu harus di cek satu persatu.
"Jangan sampai ada yang luput, dan kemudian di tindak lanjuti sesuai keadaan kesehatannya masing-masing," tutur direktur pasca sarjana TS Yarsi ini.
Kelima adalah vaksinasi, baik dalam bentuk PPV atau PEPV.