Mycoplasma Pneumoniae Bukan Penyakit Baru, Tingkat Keparahannya di Bawah Covid-19
Oleh karenanya, masyarakat diimbau tidak perlu panik meski sudah ada 6 kasus Mycoplasma Pneumoniae di Indonesia.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan laporkan ada 6 kasus Mycoplasma Pneumoniae yang ditemukan di Indonesia.
Mycoplasma pneumoniae sendiri diketahui adalah bakteri yang disebut-sebut jadi pemicu merebaknya pneumonia 'misterius' di China.
Terkait hal ini Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Nastiti Kaswandani imbau masyarakat untuk tidak panik.
"Bahwa Mycoplasma Pneumoniae ini bukan suatu bakteri yang baru. Berbeda dengan Covid-19 yang merupakan virus baru timbul 2019," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Rabu (6/12/2023).
Bahkan, tingkat keparahan Mycoplasma Pneumoniae jauh di bawah Covid-19, Influenza dan penyakit lainnya.
"Tidak perlu kepanikan berlebihan di kalangan masyarakat. Mortalitasnya rendah hanya 0,2-0,5 persen dan itu karena dengan komorbid (penyakit penyerta)," jelasnya.
Mycoplasma sendiri, kata Nastiti sudah sangat lama disebut sebagai salah satu penyebab bakteri pneumonia pada anak.
Kehebohan terjadi di China, menurut Nastiti karena sebelumnya tadinya lockdown dan jaga jarak, kemudian dibebaskan.
Sehingga muncul berbagai infeksi dari bermacam virus dan bakteri, termasuk Mycoplasma Pneumoniae ini.
Selain itu angka naik signifikan karena adanya surveilans untuk mendeteksi bakteri atau penyebab virus ISPA apa.
Karenanya, terlihat terjadi tren peningkatan kasus.
Sebelum pandemi pun, itu dilakukan penelitian di China dan ditemukan proporsi untuk Mycoplasma Pneumonia.
Memang, paling tinggi pada anak pra sekolah dan sekolah sampai 30 persen. Sedangkan pada bayi di bawah 5 persen.
Gejala pneumonia akibat bakteri ini pun mirip dengan infeksi saluran pernapasan pada umumnya.
Diawali dengan demam, kemudian batuk. Namun batuk pada infeksi ini sangat mengganggu dan bisa sampai 2-3 pekan menetap.
Kemudian muncul gejala lain nyeri tenggorokan.
Pada yang lebih anak besar sering nyeri dan ada gejala lemas.