Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Cegah Kelainan Bawaan dan Kematian, 1,2 Juta Bayi Baru Lahir Diskrining Hipotiroid Kongenital

Pemerintah telah skrining hipotiroid Kongenital (SHK) pada 1,2 juta bayi baru lahir fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia hingga akhir 2023. 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Cegah Kelainan Bawaan dan Kematian, 1,2 Juta Bayi Baru Lahir Diskrining Hipotiroid Kongenital
AFP/RAMI AL SAYED
Ilustrasu bayi baru lahir. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-  Pemerintah telah skrining hipotiroid Kongenital (SHK) pada 1,2 juta bayi baru lahir fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia hingga akhir 2023. 

Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin,ungkap pemeriksaan hormon tiroid ini untuk mencegah kelainan bawaan dan kematian pada bayi baru lahir.

Baca juga: Waspadai Hipotiroid Kongenital Pada Bayi Baru Lahir, Berisiko Cacat Bawaan

Budi menjelaskan jika angka tersebut didapat dari cakupan pemeriksaan mingguan yang terus meningkat. 

Pemeriksaan mingguan awalnya menjangkau seribu anak.

Kemudian naik menjadi puluhan ribu dan konsisten pada angka 60 ribu bayi per minggu selama tiga bulan terakhir.

Apabila dijumlahkan selama setahun, sebanyak 1,2 bayi baru lahir tercatat sudah mendapatkan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).

BERITA TERKAIT

“Kita mulai dari 1.000 sampai 2.000 anak per minggu, kemudian naik lagi dan dalam 3 bulan terakhir sudah konsisten di angka 60 ribu. Kalau dijumlahkan angkanya sudah 1,2 juta mendekati 1,3 juta bayi yang diperiksa,” ungkap Budi pada keterangannnya, Minggu (21/1/2024). 

“Kalau kita bisa konsisten di angka 60 ribu bayi saja, dalam waktu satu tahun sudah 3 juta anak sudah kita periksa,” tambah Budi. 

Budi pun targetkan jumlah bayi yang diperiksa setiap minggunya konsisten meningkat.

“Saya harapkan dengan kecepatan yang sudah di angka 60 ribu, tahun ini bisa ditingkatkan lagi,” harap Budi. 

Sebagai informasi, Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) merupakan uji saring yang dilakukan dengan pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang baru lahir. 

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengelompokkan bayi yang mengalami gangguan hormon tiroid.

Sehingga bayi bisa mendapatkan pengobatan dengan cepat dan tidak berdampak serius pada tumbuh kembangnya.

Pemeriksaan hormon tiroid pada anak dilakukan dengan pengambilan 2-3 tetes sampel darah yang diambil dari tumit bayi yang berusia 48 sampai 72 jam oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Apabila lebih dari usia tersebut, dikhawatirkan akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sifatnya permanen. 

Karenanya, Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) sejak dini sangatlah penting untuk mencegah kelainan bahkan kematian pada bayi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas