Begini Penjelasan APPNIA Mengenai Penanganan Stunting dan Gizi Buruk
apakah stunting dan gizi kurang atau gizi buruk sama? Berikut penjelasan dan cara pencegahan kedua masalah kesehatan anak-anak tersebut
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Begini Penjelasan APPNIA Mengenai Penanganan Stunting dan Gizi Buruk
TRIBUNNEWS.COM - Penuntasan masalah stunting dan gizi buruk menjadi satu di antara isu nasional yang menjadi bahan pembasan dalam dalam debat calon presiden (Capres) RI kelima, beberapa waktu lalu.
Saat itu, para Capres memiliki sejumlah pandangan dan program terkait penuntasan masalah stunting dan gizi buruk.
Baca juga: BKKBN Minta Setiap Kecamatan Pantau Keluarga Berisiko Stunting
Terkait topik tersebut, apakah stunting dan gizi kurang atau gizi buruk sama?
Merujuk Kementerian Kesehatan, stunting adalah permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang cukup waktu lama, umumnya hal ini karena asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan, sejak ibu hamil maupun setelah bayi dilahirkan sampai usia 2 tahun.
Selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga kerap kali dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan kognitif dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022 angka stunting di Indonesia berada di 21,6 persen. Jumlah tersebut terbilang cukup tinggi bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga.
Sementara Gizi buruk adalah kondisi saat anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Gizi buruk atau malnutrisi, merupakan kondisi serius ketika asupan makan anak tidak sesuai dengan nutrisi yang diperlukan.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA), Vera Galuh Sugijanto, menyampaikan, penyebab utama gizi buruk adalah kekurangan asupan makanan yang bernutrisi sesuai kebutuhan masing-masing kelompok usia anak.
"Selain itu, gizi buruk juga sering disebabkan oleh gangguan penyerapan nutrisi akibat penyakit kronis, misalnya diare kronis atau TBC," ucapnya.
Adapun balita jika gizi kurang dan gizi buruk tidak segera diintervensi dengan adekuat, maka anak akan dapat jatuh pada kondisi stunting.
Karena itu, orang tua harus selalu memantau tumbuh kembang anak, khususnya dari tinggi dan berat badan. Orang tua bisa memeriksakan anak secara berkala ke pelayanan kesehatan yang terjangkau seperti Posyandu. Dengan memeriksakan anak, ibu pun akan lebih mudah mengetahui gejala awal gangguan dan penanganan masalah kesehatan pada anak.
Berdasarkan data Kemenkes, indikator stunting terdiri dari Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih kecil untuk usianya, Berat badan rendah untuk anak seusianya, dan Pertumbuhan tulang tertunda
Sementara Indikator Gizi Kurang/Gizi Buruk, ditandai dengan tubuh anak tampak sangat kurus, wajah keriput, kulit kering, perut tampak buncit, sering lemas dan tidak aktif bermain, gangguan tumbuh kembang, rambut mudah rontok dan tampak kusam, dan pembengkakan (edema) di tungkai.